Menelan Pahitnya Kebijakan Rezim
(Ketua Gema Pembebasan Kota Baubau)
Hiruk pikuk kehidupan di Indonesia mulai menuju pada titik mencekam, antara harapan dan realitas tak pernah sejalan.
Hal tersebut memicu ketegangan sosial. Ditangan penguasa saat ini, berbagai kebijakan yang tidak pro dengan rakyat diluncurkan.
Entah apa motivasi penguasa, yang jelas semua telah terjadi.
Diantara kebijakan itu adalah, pembebasan narapidana dan pelarangan mengkritik presiden ditengah pandemi Covid-19.
Narapidana yang bebas, bukannya memberi rasa tentram ditengah pandemi Covid-19, justru berulah dengan berbagai bentuk kejahatan.
Cek per cek, rupanya Lembaga Permasyarakatan (Lapas) juga over kapasitas.
Selain itu, pengkritik presiden, justru ditangkap dan dipenjarakan. Sepanjang sejarah, pemimpin selalu siap dikritik sebagai bentuk protes dan kontrol penguasa.
Sayangnya, kritik itu tidak disambut baik oleh rezim. Akhirnya, kebijakan anti kritik dikeluarkan dan pengkritiknya akan dijerat dengan undang-undang.
Sebetulnya, wajar bila rezim saat ini disebut diktator. Kepada siapa rakyat akan mengadukan nasibnya?
Kita harus menelan pahitnya kebijakan rezim. Pasalnya, ruang kritik telah tertutup. (*)
Post a Comment