Bebasnya Konstantinopel; Hari Baru Eropa dan Dunia Islam
Oleh : @farruq 1453 • Kontributor Gen Saladin |
@gen.saladin | t.me/gensaladin
Kala
itu langit masih sangat gelap dan pengepungan Konstantinopel sudah memasuki
hari ke-54. Namun perseteruan antara Sultan Mehmed II dan Kaisar Constantine
Palaiologos XI telah mencapai detik-detik penentuan. Hari itu, 29 Mei 1453
tidak hanya menjadi klimaks antara Kesultanan Utsmaniyah dan Kekaisaran
Byzantium, namun lebih dari itu, ini adalah penentuan dan kompetisi antara
Salib dan Bulan Sabit, "clash between Cross and Crescent."
Di
satu sisi, ada seorang panglima muda yang cerdas dan penuh ambisi dalam meraih
janji utusan Tuhan-nya, dan di sisi yang lain ada seorang Kaisar yang mewarisi
masalah besar Kerajaannya di ujung kejayaan dan sejarah panjang Romawi, yang
dengan segala upayanya mati-matian mempertahankan benteng pertahanan terakhir
kaum Kristen Barat yang juga Ibukota dari Kekaisaran Romawi Timur (Empire
Byzantium).
Pada
29 Mei 1453, Sultan Mehmed II akan melakukan serangan umum, Dalam serangan
umum/terakhir kali ini Sultan Mehmed II akan menggunakan semua pasukan dan
persenjataan perang yang ia miliki, Di darat, Sultan Mehmed membagi pasukannya
menjadi dua gelombang, gelombang pertama terdiri dari pasukan Azap (Pasukan Non
Reguler). Gelombang kedua di terdiri dari pasukan Akinci dan Sipahi (Pasukan
Reguler dari Anatolia dan Eropa). Sultan Mehmed membagi serangan menjadi 3
titik utama, yaitu tembok Mesoteichion antara gerbang St. Romanus dan Gerbang
Charisian dilembah Lycus. Sementara 2 titik lainnya adalah Istana Blachernae
serta Gate of Army II disebelah selatan tembok.
Sementara
untuk pasukan dibagian laut, Sultan memerintahkan kepada Admiral Hamzah Paşa
untuk menyerang tembok kota melalui Laut Marmara dan Teluk Tanduk Emas. Saat
itu hari Selasa 29 Mei 1453, waktu baru menunjukkan pukul 01.00 dini hari,
terompet mulai dibunyikan sebagai tanda perang dilanjutkan oleh pasukan
Utsmani, kemudian diikuti oleh suara drum, simbal dan tamborin. Meriam meriam
kecil dan raksasa ditembakkan secara bersamaan ke arah tembok Konstantinopel.
Gelombang
pertama yang terdiri dari Pasukan Azap mulai menyerang laksana mencari
kematian, walaupun persenjataan dan perlengkapan terbatas dibanding pihak
pasukan bertahan, pasukan Azap tidak gentar dan tidak takut dalam menghadapi
musuh. Setelah 2 jam bertempur pasukan Azap ditarik mundur untuk istirahat
Sholat Shubuh dan diganti dengan pasukan gelombang kedua. Setelah sholat
Shubuh, Sultan langsung mengerahkan pasukan gelombang kedua, yang terdiri dari
para Akinci dan Sipahi.
Pasukan
gelombang kedua mempunyai persenjataan dan kelengkapan yang baik, serta lebih
terlatih dan disiplin. Dengan komando takbir yang bergemuruh pasukan gelombang
kedua menyerbu dinding kota laksana singa yang lepas dari rantainya. Sultan
mengawasi perkembangan ini dengan penuh ketegangan, Sultan berharap Kota
Konstantinopel akan ditaklukkan setelah pasukan gelombang kedua maju. Namun
yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang Sultan Mehmed harapkan, seluruh
serangan yang dilancarkan oleh Utsmani berhasil di netralisir oleh pasukan
bertahan.
Dan
apabila ini terjadi terus menerus kemungkinan terbesar adalah Kesultanan
Utsmani akan kalah, tentu saja Sultan tidak ingin hal itu terjadi, khawatir
akan hal itu Sultan mengutus pengawal pribadinya ke Tenda Syaikh Aaq Syamsuddin
untuk meminta nasihat, Namun penjaga tenda Syaikh Aaq Syamsuddin menyampaikan
kepada utusan Sultan, bahwa Syaikh Aaq Syamsuddin sedang tidak ingin bertemu
dengan siapapun. Mendengar kabar ini Sultan Mehmed pun mendatangi tenda Syaikh
secara Pribadi. Namun Sultan tetap tidak diizinkan masuk.
Marah
akan hal itu Sultan Mehmed mencabut pedangnya dan merobek tenda Syaikh Aaq
Syamsuddin. Dan tampaklah Syaikh Syamsuddin sedang bersujud dengan sorban
terlepas dari kepalanya, yang menampakkan rambut putihnya. Ketika Syaikh
bangkit dari sujudnya, Sultan melihat air mata Syaikh berlinang. Syaikh
Syamsuddin mengangkat tangannya ke langit dan bermunajat kepada Allah, meminta
penaklukkan berakhir dengan kemenangan dipihak Utsmani.
Ketika
sultan melihat hal itu dia menuju ke arah Syaikh Syamsuddin dengan badan
merangkak dan meminta maaf kepada Syaikh karena sultan menyadari dirinya telah
kehilangan salah satu penglihatan matanya maka Syaikh memaafkan Sultan. Lalu
sultan segera kembali ke medan perang dan melihat keadaan pasukan Utsmani yang
semakin terdesak, kini Sultan Mehmed dihadapkan kepada dua pilihan yang sulit,
yaitu mengerahkan seluruh pasukan Elitnya yang tersisa yaitu Yeniseri yang
tersisa 7.000 pasukan, atau mengangkat kaki dari Konstantinopel.
Sultan
Mehmed menyadari semua pasukannya telah ia kerahkan di medan pertempuran, artileri
terus menerus ditembakan ke arah tembok tanpa henti selama 54 hari, 5.400
peluru meriam telah menghantam tembok Konstantinopel dan memporakporandakannya,
namun semuanya belum mampu menghabisi kekuatan pasukan bertahan dan menaklukkan
Konstantinopel. Keputusan cepat segera diambil oleh Sultan Mehmed.
Sultan
Mehmed memutuskan untuk mengerahkan seluruh pasukan Elitnya (Yeniseri) yang
tersisa dan akan ia pimpin sendiri, Sultan Mehmed segera memacu kudanya dengan
cepat ke garis depan untuk memimpin perang. Sementara di barisan belakang
ribuan pasukan pemanah, pelontar batu dan mesin pelontar, serta artileri berat
dengan isyarat agar melepaskan ditembakan secara bersamaan untuk melindungi
pasukan Yeniseri. Genderang perang pun kembali ditabuhkan oleh pihak Utsmani,
setelah itu pasukan Yeniseri maju laksana menjemput ajalnya, pada saat pasukan
Yeniseri merangsek maju, pasukan bertahan dipaksa berlindung dari hujan panah,
batu, serta tembakan meriam yang jatuh bagaikan bola salju.
Kali
ini keberuntungan berpihak kepada Sultan Mehmed dan pasukannya, dalam waktu 15
menit 30.000 pasukan muslim sudah berada didalam Kota Konstantinopel. Satu
persatu gerbang dibuka dari dalam kota dan satu persatu menara ditancapkan
bendera Utsmani yang berkibar di atasnya, berwarna merah dan hijau dengan bulan
sabit berwarna emas di tengahnya. Teriakan suara pasukan Utsmani mulai terdengar
"kota ini telah jatuh, kota ini telah jatuh, kota ini telah jatuh"!
Panik
yang nyata melanda kota, semua penduduk sipil lari menyelamatkan dirinya dan
masuk ke dalam perlindungan mereka masing masing. Dengung bel gereja berselaras
dengan tangisan dan teriakan histeris, menggambarkan keadaan Kota
Konstantinopel yang tidak lagi utuh dan tidak dapat dipertahankan. Pasukan
bertahan Konstantinopel dikepung dari segala arah dan dipaksa menyerah tanpa
syarat, selapis demi lapis pertahanan kuat Konstantinopel mulai jatuh dan
lumpuh.
Saat
Kaisar Constantine Palaiologos XI mendengar hal ini, dia mengetahui bahwa
Kekaisaran Byzantium yang Agung ini telah berakhir dan Kota Konstantinopel yang
Suci ini telah jatuh, semua harapannya telah sirna, inilah akhir dari dinasti
keluarga Palaiologos yang berkuasa selama 194 tahun, sekaligus akhir dari
Byzantium. Dengan tatapan kekalahan, Kaisar Constantine XI turun dari kuda
putihnya dan melepaskan jubah kebesarannya kemudian berperang laksana prajurit
biasa, dan tidak terlihat lagi setelah itu.
Sementara
Pasukan Muslim telah menjebol pertahanan Konstantinopel dimana mana. Seluruh
pertahanan Konstantinopel telah jatuh sebelum Matahari tampak di ufuk timur.
Sinar Matahari yang terbit dari timur menjadi saksi atas penaklukkan
Konstantinopel, seakan menjadi awal baru bagi kota yang diagungkan seluruh
dunia. Dan menjadi simbol penaklukkan barat dari sebelah timur.
Tahun
1453 bukan hanya akhir bagi Byzantium yang mewakili Abad Pertengahan, namun
awal bagi islam, awal baru bagi Eropa dan awal baru bagi pencerahan modern
diseluruh dunia barat. Dan menjadi bukti bahwa ucapan Rasulullah tidak hanya
dimulut tapi bisa dibuktikan dengan nyata, Sultan Mehmed II menjadikan
Rasulullah sebagai acuannya dalam menjalani hidup.
Aktor
dibalik keberhasilan Sultan Mehmed ialah Syaikh Ahmad Al-Kurani dalam membentuk
karakter Mehmed menjadi pribadi yang keras namun berhati lembut, namun orang
yang paling meyakinkan Sultan Mehmed bahwa dialah orang yang ada didalam hadits
nabi adalah Syaikh Aaq Syamsuddin, Syaikh
Aaq Syamsuddin terus menerus dan selalu mengatakan bahwa Sultan Mehmed II lah
orang yang akan menaklukkan Konstatinopel. Lantas hal ini yang membakar
semangat dan menguatkan tekad Sultan Mehmed II dalam merealisasikan hadits Nabi
Muhammad SAW yakni menaklukkan Konstantinopel.
Pada
akhirnya Sultan Mehmed II bersama pasukannya berhasil membuktikan hadits nabi
dan layak menjadi bisyarah rasulullah sebagai panglima terbaik dan pasukan
terbaik.
The
end.
Referensi
:
1.
History of Mehmed the Conqueror and his time (Franz Babinger)
2.
Sultan Mehmed the Conqueror Great Eagle (Aytaç Özkan)
3.
The Grand Turk (John Freely)
4.
The Fall Of Constantinople 1453 (Steven Runciman
5.
Muhammad Al-Fatih 1453 (Felix Y. Siauw)
Post a Comment