Demi Ekonomi Nyawa Rakyat Taruhannya
Oleh: Siti Nur Afiah Amd., Farm
Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKPPI) mencatat sebanyak 529 pedagang positif corona (Covid-19) di Indonesia. Kemudian, diantara ratusan pedagang yang positif corona tersebut sebanyak 29 lainnya meninggal dunia.
Ketua Bidang Keanggotaan DPP IKAPP, Dimas Hermadiyansyah mengatakan, saat ini terdapat 13.450 pasar tradisional yang tersebar di seluruh wilayah Tanah Air. Sebanyak 12,3 juta orang tercatat menjadi pedagang di pasar tersebut. Angka itu belum termasuk para pemasok barang, PKL, kuli panggul, serta jejaring rantai di pasar tradisional.
Dimas mengaku, pihaknya khawatir banyaknya pedagang yang terpapar corona berdampak pada kehilangan mata pencarian 12 juta para pedagang lantaran masyarakat yang takut berbelanja di pasar tradisional.
Ia pun mendorong agar pemerintah lebih gencar dalam melakukan program penanganan Covid-19 di pasar seperti program sosialisasi bahaya Covid-19, pelaksanaan protokol kesehatan, bantuan penyediaan masker maupun hand sanitizer untuk pedagang, serta penyemprotan disinfektan secara rutin saat pasar berhenti beroperasi.
Sebenarnya pemerintah juga sudah melakukan penyegahan penyebaran virus Covid-19 yaitu dengan mengadakan tes massal di pasar-pasar, namun para pedagang menolaknya seperti yang terjadi di Pasar Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mengusir petugas Covid-19 dari Gugus Tugas Kabupaten Bogor.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Mike Kaltarin, mengatakanterkait insiden penolakan dan pengusiran itu karena kurangnya edukasi. Mike menuturkan, petugas gabungan sudah berusaha memberi pengertian kepada massa agar mau diperiksa. Sebab, sejak PSBB proposional parsial diterapkan menuju new normal, semakin banyak masyarakat yang tidak mengindahkan protokol kesehatan untuk pencegahan virus.
Tidak bisa kita pungkiri bahwa angka yang teinfeksi virus Covid-19 setiap saat jumlahnya semakin bertambah, tentu hal ini cukup mengkhawatirkan. Bisa jadi pasar menjadi klaster baru untuk penularan Covid-19 di Indonesia.
Dengan terjadinya pandemi ini kita dapat merasakan ancaman krisis ekonomi yang telah merambah keseluruh pelosok negeri ini, maka pemerintah menetapkan new normal yang mana sektor-sektor perekonomian seperti pasar akan dibuka kembali. Kini masyarakat terancam bahaya lain, selain terancam oleh Covid-19 masyarakat juga terancam oleh kelaparan.
Sehingga membuat para pedagang pasar dilema, karena mereka merasakan selama masa PSBB mereka tidak dapat bekerja semestinya sehingga penghasilan yang didapatkan tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup sehari-hari, maka ketika pemerintah menerapkan new normal di sambut dengan antusias meskipun muncul kekahawatiran dengan penularan virus Covid-19.
Sebenarnya dengan dibukanya kembali sektor-setor perekonomian ini akan membawa bahaya yang lebih besar, kurva penambahan virus Covid-19 di Indonesia masih menjulang tinggi belum ada tanda-tanda akan menurun.
New normal yang diterapkan ini bukanlah kehidupan normal yang menenangkan, kita disuruh berdampingan dengan Covid-19 yang begitu membahayakan yang ukurannya saja tak terlihat oleh mata manusia. Namun disisi lain kita harus bekerja di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Sungguh persoalan saat ini begitu kompleks dan berbelit. Ini semua terjadi karena masih diterapkannya sistem kapitalisme, yang mana rakyat bukanlah prioritas utama dari penguasa, rakyat hanyalah sebagai tenaga untuk memutar roda perekonomian yang saat ini macet karena wabah, tanpa memperdulikan keselamatan mereka yang terabaikan hanya karena keuntungan materi.
Padahal yang lebih banyak menikmati adalah mereka para sekelompok pengusaha dan pemilik modal yang bersembunyi dibalik para penguasa negeri ini. Dengan membuat kebijakan new normal di tengah-tengah pandemi yang katanya untuk menyelamatkan perekonomian yang terpuruk, nyatanya itu hanyalah cara untuk mendapatkan keuntungan materi semata.
Sedangkan dalam sistem Islam, negara mengharuskan untuk mengurus rakyat dan memastikan setiap individu rakyat terpenuhi kebutuhan dasarnya secara layak setiap saat, apalagi ketika ada Covid-19 ini negara akan lebih memperhatikan rakyatnya.
Dalam kondisi ekonomi yang terpuruk akibat pandemi, maka Islam menyelesaikan dengan memperhatikan seluruh aspeknya. Sesungguhnya ekonomi yang terdampak wabah akan diatasi dengan menuntaskan permasalahan pokoknya. Ketika wabah sudah terselesaikan, maka rakya akan bisa melakukan aktivitas seperti semula tanpa ada rasa khawatir atau takut akan tertular oleh penyakit.
Dalam Islam masyarakat akan diberikan edukasi yang jelas sehingga rakyat dapat mematuhi aturan demi keselamatan semua, rakyat yang dibangun atas dasar akidah Islam akan menaati perintah atas dasar ketakwaannya terhadap Allah Swt dan mereka yamg melanggar akan di beri sanksi yang tegas.
Begitulah Islam menyeselesaikan permasalahan manusia yang ada dimuka bumi ini begitu jelas dan memuaskan, maka solusi satu-satunya hanyalah dengan menerapkan Islam secara kaffah.
Wallahualam bisshawab.(*)
Post a Comment