PEMUDA 21 TAHUN ITU MEMBELI HAGIA SOPHIA & MEWAKAFKAN UNTUK UMAT, BAGAIMANA PEMUDA KITA?
Oleh
Wahyudi al Maroky
(Dir. Pamong Institute)
Pada hari raya umat
muslim, Jum'at, 10 Juli 2020 dunia mencatat sejarah baru. Ya, hari itu ada
peristiwa penting yang mengguncang dunia, pengalihan kembali Hagia Sophia (Aya
Sofya) dari musium menjadi masjid. Hal yang jauh lebih penting adalah
kembalinya Aya Sofya kepada pemiliknya yang sah yakni Umat muslim.
Hari itu, Mahkamah Agung
(MA) Turki memutuskan untuk membatalkan keputusan Kemal Ataturk (1934), yang
menjadikan Hagia Sophia menjadi museum. Dewan Negara dengan suara bulat
membatalkan keputusan Hagia Sophia tertanggal 27.11.1934 itu. (https://republika.co.id)
Dunia sesungguhnya
mengetahui bahwa Aya Sofya adalah milik Sultan Muhammad al Fatih yang sudah
diwakafkan untuk digunakan sebagai masjid kaum muslim. Dengan dibatalkannya
keputusan Ataturk (1934) tersebut maka Aya Sofya resmi kembali menjadi Masjid
kaum muslim. Hal inilah yang membuat dunia terkejut. Bukan saja negara-negara
Eropa, Rusia, Australia, Amerika, tetapi juga dunia Islam merasa terkejut
dengan peristiwa itu.
Pengembalian fungsi Aya
Sofya dari musium menjadi masjid itu mengingatkan kita pada peristiwa penting
peradaban dunia. Kala itu terjadi penaklukan negara Adidaya Kerajaan Byzantium
Romawi Timur, pada tahun 1453.
Dan yang lebih
menakjubkan adalah negara adidaya itu ditaklukkan oleh seorang pemuda yang
usianya belum genap 22 tahun (lahir, 30 maret 1432). Dialah Muhammad al-Fatih,
sebaik-baik pemimpin yang telah membuktikan kebenaran Sabda Nabi Muhamad SAW,
825 tahun sebelumnya. Dialah Pemuda yang telah mempersiapkan diri dan menyambut
kebenaran Kabar gembira (bisyarah) Nabi Muhammad SAW.
Pemuda 21 tahun itulah
yang berhasil mengubah Gunung Galata, menjadikannya hanya laksana ombak bagi 72
kapalnya. Hanya dalam semalam ia bersama pasukannya berhasil melewatkan Kapal
di atas gunung kemudian berhasil membebaskan Kota Konstantinpel. Sebuah ibukota
negara adi daya kala itu.
Ketika Pemuda 21 Tahun
itu telah membebaskan Konstantinopel, ia pun hendak melaksanakan sholat jumat
disana. Namun sebelum melaksanakan shalat jumat pertama kalinya, Ia membeli
Hagia Sophia, ketika itu dengan uangnya pribadi. Dokumen itu tersimpan rapih di
pusat arsip Turkey di Ankara.
Saat Pemuda 21 tahun itu
membeli Hagia Sophia, ada permintaan agar simbol-simbolnya tetap dijaga dan
dirawat. Permintaan itu dipenuhi oleh Muhammad Al Fatih. Maka simbol-simbol itu
tetap dijaga dan hanya ditutupi dengan kain agar tetap terjaga dan tak rusak.
Itulah ketinggian akhlak Islam yang dipraktekkan Pemuda 21 tahun itu.
Setelah membeli Hagia
Sophia yang kemudian dikenal dengan Aya Sofya, ia pun menghadiri sholat Jumat
yang pertama kalinya di masjid itu pada 1 Juni 1453. Pemuda itu bukan
sembarangan pemuda. Ia sebaik-baik pemimpin yang disebutkan dalam hadits nabi
SAW. Ia pemuda yang senantiasa puasa sunah dan sholat sunnah pun tak
ditingalkannya apalagi yang wajib. Lalu, bagaimana pemuda 21tahun kini?
Jagankan jadi pemimpin dan membeli Masjid lalu mewakafkan untuk umat. Sekedar
untuk keluar dari belenggu budaya hedonis, pancaran, tawuran, dll pun sulit
dihindari. Konon lagi hendak puasa sunnah, sholat sunnah dan ibadah lainnya.
Kondisi kini amat
kontras dengan Pemuda 21 tahun itu. Ya, dengan uangnya sendiri membeli Hagia
Sophia lalu diwakafkan untuk masjid kaum muslimin. Padahal sebagai penakluk, ia
bisa saja merampas semua kepemilikan harta benda yang ada. Tetapi, semua itu
tidak dilakukannya. Justeru ketika ia memasuki Konstantinopel, dan masuk ke
Hagia Sophia, ia umumkan jaminan keamanan kepada para penduduknya.
Pemuda 21 Tahun itu
memberikan jaminan kemanan bagi semua. Para warga segala usia boleh keluar dari
tempat persembunyian mereka di seluruh kota. Mereka akan tetap bebas dan tidak
akan diminta pertanyaan. Bagi orang-orang yang meninggalkan kota, jika mereka
kembali ke rumah, mereka akan diperlakukan sesuai pangkat dan agama mereka,
seolah tak ada perubahan.
Itulah jaminan kemanan
dari Sultan Muhammad Al Fatih. Bahkan Hagia Sophia pun tidak diambil, apalagi
dirampas dengan semena-mena. Justeru dibeli dengan uang pribadinya. Bukan dari
Kas negara, bukan dari harta kaum Muslim. Itu benar-benar dari hartanya
sendiri.
Inilah sikap Pemuda 21 tahun
yang bernama Sultan Muhammad al-Fatih. Ia memang tak sempat menjadi Khalifah,
pemimpin global kaum muslim. Namun Ia ditakdirkan sebagai pemuda yang menjadi
sebaik-baik pemimpin sebagaimana sabda Baginda Nabi Muhammad SAW.
Diantara tiga pemimpin
yang terkait erat dengan stastus Aya Sofya, adalah Muhammad Al Fatih yang
mewakafkan masjid untuk kaum muslimin. Sedangkan Kemal Attaturk, lakanatullah
alaih, justeru mengubah Masjid Wakaf ini menjadi musium pada tahun 1934. Dan
kini Erdogan, dengan kekuasaannya membatalkan keputusan Attaturk yang batil
itu, dan mengembalikan status Masjid Wakaf kepada status yang semestinya. Semua
mereka tentu akan bertanggujawab dihadapan Allah Kelak.
Kini Hagia Sophia (aya
Sofya) telah kembali ke pada pemiliknya, kaum muslim. Pemuda 21 tahun itu telah
membuktikan kebenaran Sabda Nabi Muhammad SAW dan menyambut kabar gembira
(bisyarah) dengan berhasil menaklukkan negara Adi Daya Konstantinopel.
Bagaimana dengan pemuda kita kini?
Tentu kini kita
menantikan terwujudnya bisyarah kedua. Kita menantikan lahirnya pemuda yang
menjadi pemimpin terbaik sebagaimana Muhammad al-Fatih. Kiranya bisyarah kedua
segera tiba. Semoga.
NB : Penulis pernah
Belajar Pemerintahan pada STPDN 1992 angkatan ke-4, IIP Jakarta angkatan ke-29
dan MIP-IIP Jakarta angkatan ke-08.
Post a Comment