Ambiguitas Solusi Vaksin Ala Kapitalisme Mengatasi Pandemi
Oleh: Husnia (Pemerhati Sosial)
Munculnya pandemi Covid-19 di akhir tahun 2019 lalu, menggemparkan masyarakat
yang hingga saat ini belum memiliki ujung penyelesaian. Bagaimana tidak, masyarakat yang reaktif virus
Covid-19
semakin hari kian meningkat, bahkan kasus yang meninggal pun melonjak
kuat,
tercatat ratusan bahkan ribuan diwaktu yang sama.
Negara yang tengah berkutat mencari
solusi untuk membunuh benih-benih Covid-19 ini, sayangnya tak kunjung berhasil, sebut
saja dari Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB), Social
Distancing
hingga penanganan dengan vaksin yang diimpor dari China, disinyalir
akan mengurangi bahkan membunuh Covid-19, nyatanya lonjakan kasus semakin bertambah ekstrem.
Komite Penanganan Covid-19
dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) menyebut waktu kritis akan berlangsung
sampai Desember 2020. Oleh karena itu, jangan sampai ada lonjakan kasus secara
ekstrem sebelum proses vaksinasi. “Critical
time-nya adalah tiga bulan (sampai Desember 2020). Kita harus menjaga, jangan
sampai ada lonjakan ekstrim dan kondisi tidak normal, sebelum vaksinasi mulai
dilakukan,”” ungkap Ketua KPC-PEN
Airlangga Hartarto (http://bisnis.com, 18/9/2020).
Solusi
Sekulerisme Mustahil Mengatasi Wabah
Jika diingat kembali
langkah kebijakan pemerintah dari awal mula pandemi, telah diprediksi oleh para pakar akan
menyebabkan penyebaran
virus yang
semakin tak terkendali.
Lihat saja, pemerintah
yang justru menerapkan PSBB kemudian new normal di
tengah anjuran
para pakar untuk memberlakukan karantina wilayah/lockdown total mengakibatkan sampai saat ini krisis dalam segala bidang
melanda negeri tercinta, angka kematian melonjak, perekonomian terpuruk.
Keadaan ini terus memaksa
pemerintah berpikir keras untuk menemukan solusi penanganan virus ini, karena langkah yang diterapkan selama
ini tak menuai hasil apapun. Akhirnya, program vaksinasilah yang
menjadi sasaran untuk sementara waktu. Vaksin sendiri adalah salah satu cara untuk
membendung penyebaran penyakit menular, termasuk Covid-19 (virus Corona). “Tahun 2021
adalah tahun yang penuh harapan. Kita semuanya berupaya keras agar permasalahan
kesehatan bisa kita tangani dengan cepat dan vaksinasi akan segera
dilakukan," ucap Presiden
RI Joko Widodo,” (Liputan6.com).
Dari sini,
pemerintah seolah memandang bahwa kondisi kritis di atas akan berakhir dengan ditemukannya vaksin yang di impor dari China
tersebut. Pengadaannya menjadi tumpuan harapan bagi mereka untuk memutus mata rantai
pandemi agar bisa memulai aktivitas seperti biasa tanpa takut pengintaian
virus Corona lagi.
Dari segi kesehatan, WHO belum menyetujui bahwa
vaksin ini sepenuhnya teruji klinis, melainkan
sekadar menyatakan solusi darurat untuk Covid-19 yakni uji coba vaksin. Dari
sini saja,
vaksin tidak bisa dijadikan sebagai jaminan mengatasi wabah. Hal ini
pun dibenarkan oleh Pakar Erpidemiologis, Dicky Kurniawan yang mengatakan, ada pemahaman yang keliru jika masyarakat mengira
dengan adanya vaksin semua akan selesai. Sebab vaksin bukan solusi ajaib, tapi
hanyalah salah satu cara untuk membangun kekebalan individual dan perlindungan
masyarakat. Dicky menyebut berdasarkan data sejarah, sejauh ini tidak ada
pandemi yang selesai dengan vaksin. Ia mencontohkan pandemi cacar, walau sudah
ada vaksin, selesainya dalam 200 tahun. Kemudian polio baru selesai dalam 50
tahun (tirto.id).
Kasus ini menunjukan, vaksin memang tak bisa memutus penyebaran Covid-19, melainkan hanya bisa menstabilkan
kekebalan imun tubuh serta menghindari agar tidak tertular virus. Untuk menyembuhkan orang yang
terpapar Virus covid-19, kemungkinannya pun sangat kecil karena pada dasarnya vaksin memang diciptakan
untuk mencegah saja bukan untuk transmisi atau memutus rantai penyebarannya. Dan jika terus seperti ini, dengan langkah pemerintah yang tidak
pernah solutif dalam mengurusi penanganan pandemi, bisa diprediksi sampai kapanpun
pandemi ini
tidak akan pernah usai. Rakyat akan tetap menderita bahkan berjatuhan bukan hanya karena wabah tetapi juga dari
segi pemenuhan kebutuhan
pokok
yang turut diabaikan.
Pemerintah seharusnya
bertanggung jawab penuh untuk rakyat dan memprioritaskan mereka, sebab sejatinya pemimpin diangkat
untuk menyelesaikan semua masalah rakyat. Akan tetapi fakta hari ini pemimpin
hanya bisa memberikan masalah baru di tengah-tengah masyarakat dengan kebijakan yang
tumpang tindih mengatasi masalah yang ada.
Inilah sistem kapitalisme-demokrasi yang hakikatnya tak bisa
membuat rakyat berada di bawah naungan sejahtera. Manusia yang berkuasa di bawah sistem
ini hanya
bisa membuat rakyat menderita dengan kebijakan-kebijakannya.
Orientasi utamanya hanyalah kemaslahatan baginya beserta jajarannya, sementara rakyat hanya dijadikan sebagai alat untuk meraih
maslahat tersebut. Begitu pun dengan program vaksinasi, tidak akan jauh
dari orientasi tersebut.
Maka, menunggu sistem demokrasi memperhatikan ummat seperti menunggu
tetesan hujan di musim kemarau, artinya sangat tidak mungkin terjadi, mustahil. Sehingga sudah selayaknya
mencampakkan sistem kapitalisme-demokrasi ini, kemudian diganti dengan sistem Illahi,
sistem
yang datangnya dari sang pencipta negeri ini, pencipta alam semesta, manusia
dan kehidupan. Sistem yang selalu memprioritaskan rakyat serta mampu mengatasi
setiap permasalahan di bumi ini.
Sistem Islam
Mengatasi Wabah
Islam adalah ad-Din yang sempurna, Islam
mempunyai aturan unik dalam menata kehidupan dunia termasuk dalam
menangani wabah. Era pandemi seperti yang terjadi saat ini, bukanlah kali pertama
terjadi, Pada masa Rasulullah Saw. pun pernah terjadi.
Ketika wabah menyerang, di zaman kepemimpinan
Rasulullah Saw. jikalau ada sebuah daerah yang terjangkit penyakit tha’un, beliau langsung memerintahkan untuk
mengisolasi (lockdown) total para penderitanya di
tempat isolasi khusus, jauh dari pemukiman penduduk. Sesuai dengan sabdanya: “Apabila kalian mendengarkan wabah di suatu tempat maka
janganlah memasuki tempat itu, dan apabila terjadi wabah sedangkan kamu sedang
berada di tempat itu maka janganlah keluar rumah,” (HR
Muslim).
Dalam situasi
ini, kondisi
masyarakat daulah Islam yang di landasi takwa maka setiap kebijakan yang dikeluarkan
oleh pemimpin bertakwa
akan dipatuhi
seluruhnya,
termasuk wabah karena mereka yakin penguasa bisa mengatasinya dengan bijak dan tepat. Di masa lokcdown pemimpin
bertanggung
jawab atas semua kebutuhan rakyat secara total sehingga masyarakat tak akan keluar
rumah untuk memenuhi kebutuhan hajat hidupnya, bukan hanya dari segi
ekonomi, melainkan juga menyediakan fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit yang memadai guna merawat yang terpapar wabah secara
intensif secara gratis. Alhasil, wabah pun dapat diatasi
secara cepat.
Jika saja, sejak awal pandemi pemerintah
tegas dalam menerapkan lockdown, serta pemimpin mencukupkan semua kebutuhan
masyarakat per individu atas dasar takwa maka bisa di jamin wabah akan
terselesaikan dengan tempo yang begitu cepat. Maka dari itu, sudah saatnya kembali kepada hukum Allah, hukum sang pencipta alam
semesta dan manusia. Sebab, hanya sistem Islam yang mampu mewujudkan kesejahteraan
dalam kehidupan, aman, damai, serta membawa rahmat bagi seluruh alam yang
sudah terbukti
mampu memimpin selama 1400 tahun dan menguasai 2/3 dunia. Wallahu a’lam bi showwab.(***)
Post a Comment