Masaloka Raya Bombana Tak Terjangkau Listrik, Salah Siapa?
Oleh:
Husnia (Pemerhati Sosial)
Kasus terbatasnya
ketersedian listrik di Sultra (Sulawesi Tenggara) sangatlah polemik.
Pulau-pulau terpencil yang ada di sana tidak memungkinkan untuk terjangkau
listrik sebab jauh dari sumber listrik. Sebut saja Pulau Masaloka Raya
Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, yang warganya tengah mengeluhkan belum
tersedianya jaringan listrik di rumah mereka. Padahal tiang listrik sudah
terpasang sejak setahun lalu.
Kepala Desa Batulamburi
Samrin, salah satu desa di Kabupaten Bombana pun menjelaskan, warga Pulau
Masaloka Raya sangat membutuhkan listrik untuk mendukung aktivitas mereka
sehari-hari. "Gubernur pernah menjanjikan pada kami untuk memasukkan
listrik di Pulau Masaloka Raya, tapi baru tiangnya yang terpasang sekitar
setahun lalu," ungkapnya saat mengikuti reses Anggota DPRD Sultra Asrizal
Pratama Putra di Pulau itu, Sabtu (6/2).
Tak hanya persoalan
listrik, warga juga mengusulkan pembangunan jembatan yang menghubungkan Pulau
Masaloka dengan daratan Bombana. Sementara itu, Anggota DPRD Sultra Asrizal Pratama
Putra mengaku, akan berkoordinasi dengan pihak terkait, salah satunya Dinas
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tentang keluhan warga yang belum
mendapatkan listrik. "Saya akan berkoordinasi dulu sambil melihat siapa
yang punya kewenangan apakah PLN atau bisa melalui Dinas ESDM Sultra,"
ungkapnya. (telisik.id, 7/2/2021)
Kapitalisme Biang Masalah
Polemik kian mendelik di
tengah masyarakat, dimana kasus kurangnya ketersediaan listrik warga Masaloka
menuai banyak pertimbangan dari pihak Kepala Daerah. Jarak Pulau Masaloka
dengan daratan terbilang sangatlah jauh, membutuhkan banyak anggaran agar
listrik bisa sampai di pulau tersebut. Dari tahun ke tahun, persoalan listrik
di kepulauan Masaloka raya bombana tak kunjung usai, keluhan masyarakat hingga alasan
belum tersentuh listrik masih sama dari abad kemarin.
Salah satu penyebab
sehingga penduduk di satu Kecamatan itu belum tersentuh listrik dari PLN,
karena kondisi geografisnya yang terrpisah dari daratan Pulau Rumbia. Persoalan
ini membuat jaringan listrik PLN belum terkoneksi antara Rumbia dengan
Kepulauan Masaloka Raya. Antara daratan Rumbia dan Masaloka dipisahkan laut.
Ini yang menjadi penyebab jaringan PLN tidak terkoneksi, kata Ambo Rappe,
dikutip dari lenterasultra.com (8/12/2018) lalu.
Meski belum menikmati
jaringan listrik dari PLN, sebagian warga di Kecamatan Masaloka Raya tetap
berupaya mendapatkan penerangan. Melalui dana desa baik yang berumber dari
pemerintah pusat atau pemerintah daerah, hampir semua kepala Desa di Kecamatan
itu menyiapkan fasilitas genset sebagai sumber energi listrik bagi
masyarakatnya. Hanya saja, fasilitas itu sangat terbatas. Setiap Desa hanya
bisa menikmati penerangan dari jam 18.00 sampai 24.00 WITA. Setelah itu, mereka
kembali hidup dalam kegelapan. Selain di Kecamatan Kepulauan Masaloka Raya, di
Kecamatan Tontonunu, juga masih ditemukan penduduknya yang belum merasakan
fasilitas penerangan listrik dari PLN.
Solusi semu yang di
berikan oleh Kepala Daerah belum dapat menjamin kebutuhan masyarakat terkait
listrik karena listrik memberi manfaat bukan hanya sebagai penerang akan tetapi
banyak manfaat lainnya yang bisa dipakai untuk kebutuhan masyarakat. Menurut
Sudirman, salah satu anggota DPRD Bombana, dari beberapa desa yang ada di
Tontonunu, seperti Tongkoseng belum semua warganya menikmati listrik. Anggota
DPRD dari Partai Bulan Bintang ini merinci, di Desa Tongkoseng itu terdapat
empat dusun yang warganya hidup dalam kegelapan. Keempat dusun itu adalah,
Tandopi, Sangkama, Tatumpo dan Empenolili.
Kami berharap masalah ini
bisa menjadi perhatian pemerintah daerah, apalagi saat ini pemerintah pusat
maupun daerah sedang getol getolnya memprogramkan penyambungan listrik gratis
di beberapa daerah. Semoga Bombana kebagian, dan daerah-daerah yang tidak
menikmati listrik bisa juga merasakannya, ungkap Sudirman. (lenterasultra.com,
08/12/18).
Sama halnya dengan
perkara pembangunan jembatan penghubung masih belum ada respon dari kepala
daerah, masifnya kebutuhan bangunan sangatlah tinggi di wilayah Sultra sehingga
sampai sekarang keluhan itu belum diindahkan juga. Tanpa jembatan penghubung
dengan daratan, warga kepulauan Masaloka Raya akan sulit dalam bertransaksi di
luar kepulauan, kendaraan laut yang biasa dipakai bermasalah pada ongkos yang
cukup berat serta membutuhkan waktu yang lama untuk sampai ke daratan begitu
pula dengan listrik ada banyak manfaat yang bisa di gunakan warga dalam
meringankan ekonomi mereka, seperti halnya mesin.
Warga kepulauan yang
sudah lama tak merasakan keringanan dalam melakukan kegiatan sehari-hari yang
harusnya difasilitasi oleh pemerintah. Sungguh memprihatinkan, di tengah
masyarakat saat ini yang beraktivitas dengan sarana listrik, masyarakat
Masaloka justru belum mendapatkan listrik yang memadai. Keluhan-keluhan yang
tak pernah didengarkan oleh pemerintah setempat dari masa ke masa menjadi bumbu
pelengkap kesengsaraan yang mereka derita. Pemerintah yang harusnya memberikan
solusi atas setiap problem masyarakat menjadi payung pelindung bagi rakyat
serta tumpuan harapan mereka justru mengabaikan tanggung jawab itu yang
berujung kepada kekecewaan.
Padahal jika melihat
tugas pemerintah adalah mengurusi urusan rakyat, menjamin keberlangsungan hidup mereka dan
memfasilitasi kepunyaan umum seperti halnya listrik dan pembangunan jembatan
untuk memudahkan rakyatnya. Namun, fakta hari ini pemimpin abai terhadap
rakyat, apatis dengan persoalan hidup rakyat. Rakyat yang mestinya menjadi
prioritas utama kini dihempaskan begitu saja, tak pernah berpikir bahwa
rakyatkah yang menjadikan mereka berkuasa.
Pemimpin yang tidak
pernah memperhatikan rakyatnya akan selamanya kita dapati di negeri tercinta
ini, bagaimana tidak keuntungan selalu menjadi standar bergeraknya pemerintah
dalam membangun kebutuhan rakyat. Materi menjadikan pemimpin memilah-milah dalam
membantu rakyat. Jadi jelas bahwa Kapitalisme biang rusuh dari semua masalah,
sebab Kapitalisme hanya memfokuskan kepada besar nilai materi yang didapatkan
ketika melakukan suatu hal termasuk mengurusi rakyat. Masyarakat yang berharap
pada kapitalisme sudah pasti membuat keterpurukan yang mereka ciptakan sendiri
Oleh sebab itu,
Kapitalisme harus dibunuh agar tak menganggu kesejahteraan manusia, persoalan
akan selesai jika asas yang selama ini menaungi masyarakat di musnahkan dari
muka bumi yang sudah terbukti tak mampu menyejahterakan rakya. Untuk itu, butuh
sistem alternatif lain untuk mengatasi problematika hidup manusia.
Pemerintahan Islam
Menjamin Kebutuhan Rakyat
Islam selalu menawarkan
solusi real atas setiap problematika hidup manusia. Tak ada satu pun masalah
kehidupan yang tak mampu diatasi oleh Islam. Islam hadir bak obat yang selalu
bisa menyembuhkan penyakit. Karena aturan Islam bersumber dari pencipta manusia
yang tentu saja jika diterapkan akan membawa rahmat bagi seluruh alam.
Persoalan negara
merupakan persoalan Islam pula, termasuk dalam perkara mengatasi kebutuhan
rakyat. Dalam Islam, Pemimpin adalah perisai rakyat. Bagi pemimpin kebutuhan rakyat ialah
segala-galanya yang harus di utamakan. Pada hakikatnya, pemimpin dipilih untuk
mengurusi rakyat, sehingga jika ada persoalan seperti kurangnya fasilitas
masyarakat di beberapa daerah yang sulit dijangkau seperti sekarang, seperti
yang terjadi di wilayah Masaloka Raya maka pemimpin akan memberikan solusi yang
tuntas, seperti pengadaan listrik yang merata serta pembangunan jembatan
penghubung antara daratan dan lautan sehingga selain memudahkan masyarakat yang
bertempat tinggal di sana, juga memberikan peluang masuknya listrik di daerah
kepulauan tersebut.
Dalam Islam negaralah
yang berperan dalam mengurusi kecacatan fasilitas umum rakyat seperti halnya
ketersediaan listrik. Pemimpin Islam memandang bahwa listrik merupakan
kebutuhan seluruh masyarakat yang harus di usahakan agar dapat tersalurkan
secara merata. Pemimpin Islam selalu mengutamakan kepentingan mereka sekalipun
harus mengorbankan apapun yang dimilikinya. Sebab, pemimpin Islam tak pernah
melihat materi atau kerugian yang akan diperolehnya, karena baginya rakyat
adalah tanggungjawabnya secara total.
Berpotret dari sistem
Pemerintahan Islam yang dahulu pernah tegak, memberikan contoh terbaik
bagaimana sempurnanya pemimpin dalam mengurusi rakyatnya. Bagaimana kepedulian
tinggi pemimpin Umar bin khattab dalam memastikan masyarakat tak kelaparan
sehingga berjalan pada malam hari dengan sekarung makanan menyusuri rumah-rumah
rakyat untuk melihat keadaan mereka. Bahkan saat itu tak ada rakyat yang
kekurangan ekonomi, sebab kebutuhannya sudah terpenuhi dengan layak. Pendidikan
gratis, layanan kesehatan bebas biaya, ekonomi yang jauh dari riba, fasilitas
umum disediakan oleh negara, sehingga masyarakat hidup damai tanpa banyak
mengeluh.
Itulah indahnya sistem
pemerintahan Islam, orientasinya hanya kesejahteraan rakyat, maka tak heran
jika dahulu sistem pemerintahan ini bisa menguasai dunia selama 1300 tahun,
saking nyamannya rakyat berada dalam naungan kepemimpinan Islam ini. Oleh
karena itu, sebenarnya hikmah di balik disyariatkannya kepemimpinan, yaitu
untuk mempermudah urusan umat, bukan untuk membuat umat bertambah susah dengan
permasalahan yang menimpanya. Wallahu alam bi shawwab (***)
Post a Comment