Umat Merindukan Kembalinya Khilafah Islam
Oleh: Rima Septiani, S.Pd. (Guru dan Penulis Asal Konawe)
Keruntuhan Khilafah 100 tahun lalu adalah
peristiwa penting yang tidak boleh luput dari ingatan umat Islam. Mengingat 3
Maret 1924, merupakan ‘Tanggal Berdarah’ yang harus direnungi Umat Islam.
Perisai yang selama ini menjaga kehormatan, nyawa, harta, dan jiwa mereka,
telah ditumbangkan oleh Mustafa Kemal Attaturk dengan konspirasi busuknya. 100
tahun sudah umat Islam tak lagi hidup dibawah naungan yang agung yaitu sistem
Khilafah. Akibat semua itu, penderitaan dan penjajahan umat Islam tak
terbendung lagi.
Kita tak pernah lupa, penderitaan umat Islam
sebagai kaum minoritas di Cina. Pemerintah Cina menindas sejumlah besar warga
suku Uighur, kelompok muslim minoritas di negeri itu, ditahan di kamp-kamp
khusus. Kesengsaraan dan kesulitan hidup mereka rasakan sudah bertahun-tahun
akibat genosida massal yang dilakukan Pemerintah Cina.
Bukan hanya itu, yang lebih memprihatinkan
adalah perang yang terjadi antarsaudara sesama Muslim di Afganistan, Yaman, dan
Suriah akibat dipicu provokasi negara-negara Barat di berbagai belahan dunia
ketika Khilafah tidak ada.
Ironi Runtuhnya Khilafah
Faktanya, ini hanya sebagian kecil dari
penderitaan umat Islam yang muncul dipermukaan, masih banyak yang belum
diberitakan di media massa. Dunia juga tahu, bahwasannya umat Islam tidak lagi
menjadi umat terbaik. Mereka saat ini mengalami kerusakan dari berbagai aspek
kehidupan. Faktor utamanya adalah karena umat Islam telah kehilangan
perisainya, yaitu Khilafah Islamiyah.
Pasca Khilafah Turki Utsmani berakhir, yang
diruntuhkan oleh konspirasi Barat, kondisi umat Islam mengalami degradasi
hingga hari ini. Umat terpuruk di segala bidang, termasuk bidang ekonomi,
sosial, kesehatan, hukum dan keadilan, termasuk keamanan. Ironis, kita melihat
begitu mandulnya negara dalam menjaga kehormatan, darah, harta dan, jiwa umat
Islam. Inilah gerbang malapetaka bagi umat islam. Berbagai penjajahan fisik dan
pemikiran kini mendera dalam kehidupan umat manusia.
Umat Islam saat ini menjadi ‘santapan’ kaum
kafir penjajah. Mereka mendapatkan tindakan diskriminatif hanya karena sebagai
kaum minoritas. Tindakan refresif yang mendera umat islam, tidak hanya terjadi di
dalam negeri namun juga di luar negeri, utamanya di negeri-negeri Islam yang
terpecah-pecah menjadi negara-negara kecil. Kita bisa melihat Suriah,
Palestina, Rohingya, Uighyur dan sebagainya, ini menjadi bukti bahwa saat ini
umat Islam masih mengalami penderitaan. Tidak ada pembelaan yang ditunjukan
untuk melindungi mereka, baik dari penguasanya sendiri maupun tentara-tentara
Muslim Lainnya. Menyadari kondisi ini, kita dapat menyimpulkan umat saat
ini, bukan lagi umat yang terbaik. Namun menjadi umat yang terbelakang,
tertindas, terjajah, dan terpuruk. Hal ini harus menjadi perhatian penting bagi
seluruh umat Islam.
Pasca Runtuhnya Khilafah, permasalahan terus
saja mengampiri umat Islam. Harus ada langkah aktif yang wajib diambil untuk
kembali memperjuangkan predikat “umat terbaik”. Predikat ini adalah predikat
yang tercantum dalam Al Qur’an serta balasan atas janji Allah Swt. dan kabar
gembira dari Rasulullah Saw. terhadap umatnya. Umat islam mesti memahami bahwa
menegakkan Khilafah Islam wajib diupayakan.
Umat Islam harus bersuara lantang menyuarakan
Khilafah sebagai solusi dari permasalahan umat. Karena Khilafah akan mampu
mengantarkan umat Islam pada kegemilangan dunia. Umat mesti berjuang untuk
menegakkan penerapan hukum-hukum Allah di muka bumi ini.
Namun, apalah yang terjadi di negeri ini.
Beberapa dekade terakhir, ketika isu Khilafah mulai diangkat lagi. Ada yang pro
dan kontra terhadap ide atau gagasan tersebut. Di media massa, para pejuang
syariah dan ajaran Khilafah senantiasa diberitakan buruk dan umat difitnah.
Beberapa orang dari latar belakang keilmuannya menolak ajaran Khilafah serta
mereka menafikan bahwa sistem terbaik ini bukan ajaran islam. Sistem Islam ini
dianggap sebahagian orang sebagai ancaman bagi persatuan bangsa dan keutuhan
negara. Rezim saat ini cenderung menampakan perilaku anti Islam dan represif,
kita tentu paham, rezim saat ini menuding ideologi Islam sebagai ancaman bagi
kebhinekaan. Pernyataan seperti inilah yang membuat resah masyarakat,
sehingga menganggap Ideologi Islam tak pantas diterapkan di negeri ini.
Serangan terhadap ide-ide Khilafah semakin
gencar dilakukan, hal ini pun dilakukan oleh penguasa-penguasa Muslim lainnya.
Kriminalisasi ajaran Islam terus-menerus digaungkan, berbagai tuduhan-tuduhan
yang memojokkan ajaran Islam terus bergulir, bahkan para ulama yang lurus
selalu dalam pengawasan.
Rezim ini cenderung represif, terbukti adanya
pelarangan-pelarangan terhadap pengajian, tablig akbar, seminar atau ceramah
yang mengkritisi kebijakan pemerintah hingga membuat makar untuk mencegah
dakwah Islam.
Tentu semua ini tak lepas dari peran Barat
dalam menghambat perjuangan penegakkan Khilafah. Kaum kafir memprediksi bahwa
kebangkitan Islam tak lama lagi, wajar saja upaya keras meraka lakukan untuk
membendung sistem Islam tegak kembali di dunia. Padahal, Khilafah adalah
mahkota kewajiban yang harus diperjuangkan, agar Syariat Islam menjadi pedoman
dalam menjalankan kehidupan.
Memahami Khilafah Sebagai Pelindung Umat
Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi
seluruh Kaum Muslimin di dunia untuk menegakkan syariat Islam dan mengemban
dakwah ke segenap penjuru dunia. Kewajiban menegakkan Khilafah didasarkan pada
perintah yang tegas di dalam Al-Qur’an, As-sunnah dan ijmak sahabat.
Keberadaanya sebagai sistem kehidupan meniscayakan pada tegaknya hukum Syariah.
Sebaliknya, ketiadaanya berkonsenkuensi pada lenyapnya hukum Syariah dan
lahirnya kerusakan atau ummul jaraiy
(induk kerusakan).
Tanpa khilafah eksistensi Islam sebagai
solusi persoalan umat dan pembawa rahmat seluruh alam hilang. Mestinya umat memahami
bahwa kekuatan Islam terletak pada sistem Khilafah.
Tidakkah kita merindukan masa kegemilangan
Islam, yang menjadi mercusuar bagi peradaban dunia. Bahkan diakui oleh Will
Durant, dalam The Story of Civilization, vol XIII, menulis: Para Khalifah telah
memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi
kehidupan dan kerja keras mereka.
Para Khalifah itu juga telah menyediakan
berbagai peluang untuk siapa pun yang memerlukannya dan memberikan
kesejahteraan selama berabad-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena
seperti ini belum pernah tercatat dalam sejarah setelah zaman mereka. Kegigihan
dan kerja keras mereka menjadikan pendidikan tersebar luas, hingga lahirnya
berbagai ilmu, seperti sastra, filsafat dan seni yang mengalami kemajuan pesat
di masa Islam, hingga menjadikan Asia Barat sebagai bagian dunia yang paling
maju peradabannya selama lima abad.
Imam Al-Ghazali pernah menyampaikan : “…agama
adalah pondasi (asas) dan kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu yang
tidak berpondasi niscaya akan roboh dan segala sesuatu yang tidak berpenjaga
niscaya akan hilang lenyap. Kita bisa melihat bagaimana kondisi Umat Islam
tanpa adanya Khilafah yang menaungi kehidupannya.
Rasulullah Saw. telah mengingatkan kita akan
ketiadaan Khilafah. Beliau bersabda, “Barangsiapa yang mati sedangkan di
pundaknya tidak ada baiat, maka matinya jahiliah.” (HR. Muslim)
Dengan demikian, diharapkan umat Islam antusias dalam
memperjuangkan kewajiban agung ini. Karena dengan Khilafahlah, syariat Islam
akan tegak secara kaffah.
Post a Comment