Efek Baliho
INI alarm bagi para figur yang ingin maju dalam
perhelatan pesta demokrasi dengan memanfaatkan baliho sebagai sarananya. Tidak
semuanya positif.
Oleh: Abu Syah Jihad FS*)
APALAGI jelang tahun 2024 kontestasi politik
akan terjadi dari pusat sampai daerah. Termasuk di Bumi Anoa, dari Pilgub,
Pilbup, hingga Pilwali.
Sebagai gambaran, Ketua Umum DPP Partai Golkar
Airlangga Hartarto terus mendapatkan respons positif dari masyarakat terkait
peta kontestasi Pemilu 2024. Temuan terbaru Indikator Politik Indonesia,
misalnya, ada peningkatan popularitas dan elektabilitas dari Airlangga
Hartarto.
Dalam catatan Direktur Eksekutif Indikator
Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, pengenalan masyarakat terhadap Airlangga
Hartarto pada April 2021 berada di angka 25 persen. Popularitas Airlangga
memang awalnya rendah karena waktunya habis untuk membantu Presiden Jokowi.
Empat bulan berselang, atau memasuki Agustus,
ada kenaikan signifikan. “Tingkat kedikenalan Airlangga naik dari 25 persen di
bulan April menjadi 33 persen,” kata Burhanuddin saat memaparkan hasil survei
bertajuk Evaluasi Publik Terhadap Kinerja Penanganan Pandemi, Vaksinasi, dan
Peta Elektoral Terkini secara virtual, Rabu (25/8) dirilis JawaPos.Com.
Selain popularitas, Indikator juga menemukan
ada kenaikan elektabilitas. Pada survei April lalu, misalnya, elektabilitas
Airlangga Hartarto baru menyentuh 0,2 persen. Kini, Burhanuddin menjelaskan,
menjadi 1,1 persen.
Burhanuddin menilai, ada dampak positif dari
penggunaan media luar ruang, seperti baliho, yang dilakukan kader dan pengurus
Partai Golkar untuk mengenalkan ketua umumnya ke masyarakat.
Menurut Burhanuddin, respons positif masyarakat
terkait penggunaan media luar ruang hanya mengarah pada Airlangga. Pasalnya,
sentimen berbeda justru berlaku untuk Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani
dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
Pada survei April, misalnya, elektabilitas Puan
berada di angka 1,1 persen. Namun, efek banyaknya sentimen negatif terkait
penggunaan media luar ruang, elektabilitas Puan turun menjadi 0,4 persen.
Elektabilitas Puan justru lebih tinggi pada bulan April, yakni 1.1%, sebelum
dia memasang baliho secara massif. Sementara elektabilitas Muhaimin tidak
berbeda sebelum dan sesudah memasang baliho.
Sebaliknya, jelas Burhanuddin, elektabilitas
Airlangga justru naik dari 0,2 persen menjadi 1,1 persen. Hal ini merupakan
dampak positif dari pemasangan baliho ke Airlangga Hartarto.
“Tapi, dampak baliho tidak seragam. Puan dan
Muhaimin malah negatif,” ungkap Burhanuddin.
Burhanuddin menilai, sentimen tersebut dilatari
tingkat pengenalan terhadap Puan yang relatif tinggi, bahkan sebelum pemasangan
baliho. Namun, Burhanuddin melanjutkan, sayangnya tingkat ketidaksukaan
masyarakat terhadap putri Ketua Umum DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri itu juga
tinggi.
“Dalam temuan kami, kondisi tersebut (sentimen
negatif masyarakat) berbeda dengan Airlangga Hartarto. Inilah yang kemudian ada
dampak positif dari pemasangan baliho untuk Airlangga,” jelas Burhanuddin.
Bagaimana dengan efek baliho yang bertebaran di
Sultra? Belum bisa diketahui. Belum ada rilis resmi dari lembaga survei soal
itu.
Di tengah suasana pandemi Covid-19, tidak elok
rasanya bila syahwat politik diumbar. Rakyat butuh perhatian. Mereka lapar,
butuh makan.
Sangat tidak etis, tebar pesona di tengah
banyak rakyat meregang nyama.
Lagi pula, dalam Islam biaya politiknya murah.
Tidak mahal seperti yang ada dalam sistem kapitalisme sekarang. Bukan hanya
itu, sosok yang terpilih pun acap kali mutunya dipertanyakan.
Islam akan melahirkan figur mumpuni. Tokoh yang
berkualitas.
Teladan kepemimpinan bisa kita lihat dari Khalifah
Abu Bakar Ra., Khalifah Umar Ra., Khalifah Utsman Ra., Khalifah Ali Ra, dan
khalifah bani Umayyah, Abasiyah, dan Utsmaniyah.
Mereka tidak menjadikan jabatan sebagai
kesempatan. Jabatan akan dipandang sebagai amanah.
Pemimpin dalam Islam khawatir dengan peringatan
Nabi SAW yang berbunyi:
Ya Allah, siapa yang mengurusi satu perkara
umatku, lalu ia menyulitkan umat, maka persulitlah ia. Dan siapa yang mengurusi
perkara umatku, lalu ia memudahkannya, maka permudahlah ia. (H.R. Muslim).
Menurut As-Shan’ani dalam Subul as-Salam,
al-Masyaqqah yang bermakna kesulitan atau marabahaya ini, tidak hanya mencakup
kesulitan dunia tapi juga kesulitan di akhirat. Doa Nabi saw. di dalam hadis
ini, menurut beliau adalah dalil adanya balasan yang setimpal atas perbuatan
yang setiap manusia lakukan (al-Jaza’ min Jins al-‘Amal).
Wallahualam Bissawab.(**)
*)Khadim Majelis Nafsiyah Islamiyah (MNI)
Kepulauan Buton (Kepton)
Post a Comment