Fika Komara Ungkap Bahaya Hubungan Taliban-Cina
Indonesia Neo – Pernyataan Juru Bicara Taliban Zabihullah Mujahid dalam konferensi pers, pada Selasa (31/8) yang ingin memperkuat hubungan perdagangan dengan Cina dinilai berbahaya oleh Direktur Institute Muslimah Negarawan (IMuNe) Dr. Fika Komara.
“Bahayanya bisa dilihat setidaknya dari dua aspek,” tuturnya kepada Mediaumat.news, Jumat (3/9/2021).
Pertama, secara ideologis, jelas identitas ideologi Cina menunjukkan permusuhan yang nyata pada Islam, terutama pada entitas Muslim Uighur. “Cina memberi syarat kerja sama ekonomi dengan syarat yang mencegah keterlibatan Taliban dalam urusan Turkistan Timur, ini jelas sangat bertentangan dengan ideologi Islam, meskipun mungkin Cina dikenal tidak pernah menyebarluaskan ideologinya ke negara lain tetapi tetap saja tangan Cina telah berlumuran darah Muslim Uighur,” ujarnya.
Kedua, adanya bahaya ekonomi. “Investasi Cina itu bukan tanpa imbalan, setali tiga uang dengan Amerika sebagai sesama negara kapitalis, no free lunch bagi setiap bantuan dan pendanaan infrastruktur. Cina paling hebat dalam urusan jebakan utang melalui investasi pembangunan infrastruktur, dan skema yang sama bisa menjerat Afghanistan,” ungkapnya.
“Resiko lainnya adalah jatuhnya kekayaan mineral Afghanistan ke tangan Cina yang saat ini menjadi primadona dunia yakni litium. Dalam sebuah memo dari Pentagon AS menyebutkan bahwa deposit litium di Afghanistan bisa menyamai Bolivia yang selama ini dinobatkan sebagai produsen litium terbesar dunia. Cina sedang mengincar kekayaan alam Afghanistan yang belum terjamah. Di sisi lain stabilitas politik Afghanistan juga menjadi kunci keberhasilan proyek-proyek utama belt and road Cina di Asia Selatan dan Tengah,” tambahnya.
Lokomotif Pemersatu Islam
Fika menuturkan, Taliban perlu menyiapkan konstitusi yang detail dari aspek sistem ekonomi Islam ideologis yang akan mencegah negara tersebut masuk perangkap utang melalui investasi pembangunan. “Di sisi lain Afghanistan sebenarnya memiliki kontrol pada titik-titik lemah Cina yakni jalur pipa gas serta koridor ekonomi jalur sutera yang bisa “diganggu” sirkulasinya oleh Taliban kapan pun mereka mau. Kartu ini bisa dimainkan oleh Taliban, jika mereka konsisten memberikan loyalitasnya kepada Allah dan Rasul-Nya,” ujarnya.
Selain itu, menurutnya Cina juga memiliki titik lemah di dalam negeri yakni pergerakan Turkistan Timur yang berpotensi bersatu dengan Taliban untuk kepentingan perjuangan Islam, termasuk negeri-negeri Muslim Asia Tengah. “Afghanistan-Pakistan-Negeri Muslim Asia Tengah adalah poros kekuatan Islam di kawasan tersebut yang paling ditakuti oleh kekuatan sekuler,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, menurutnya, Taliban seharusnya justru berpartner dengan negeri-negeri Muslim dalam membangun tanah Afghanistan yang telah banyak disiram darah syuhada’.
“Bahkan lebih dari itu Taliban memiliki peluang menjadi lokomotif penyatuan negeri-negeri Muslim menjadi satu kekuatan di bawah Khilafah Islam. Namun hal ini hanya bisa terjadi jika Taliban menyadari bahwa setiap keterlibatan pada aturan hasil pencampur-adukan antara Islam dan sekularisme tidak diridhai oleh Allah SWT, karena Dia Yang Maha Perkasa dan Mahakuasa tidak menerima apa pun kecuali kebaikan,” pungkasnya.Sumber: https://mediaumat.news
Post a Comment