Absennya Frasa 'Agama': Pendidikan Lebih Bermartabat Bila Bersamanya
Oleh: Rosmiati
Wajah
pendidikan negeri diakui memang banyak mengalami perubahan. Gebrakan demi
gebrakan yang dikeluarkan Mas Menteri, selain mendapat sambutan positif dari
sebagian masyarakat, adapula yang kontroversial.
Sebagaimana
ketidakhadiran frasa 'agama' dalam draf peta jalan pendidikan Indonesia 2020-
2035. Dimana visi pendidikan tiga dekade tersebut berbunyi:
"Visi
Pendidikan Indonesia 2035. Membangun rakyat Indonesia untuk menjadi pembelajar
seumur hidup yang unggul, terus berkembang, sejahtera, dan berakhlak mulia
dengan menumbuhkan nilai-nilai budaya Indonesia dan Pancasila."
Ketua
Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir menyoroti isi kalimat
di atas. Pasalnya, tidak ada kata 'agama' dari draf rumusan tersebut.
Pihaknya
juga menilai, absennya 'agama' dari Peta Jalan Pendidikan kita untuk tiga
dekade ke depan ini sudah bertentangan dengan konstitusi .
"Saya
bertanya, hilangnya kata agama itu kealpaan atau memang sengaja? Oke kalau
Pancasila itu dasar (negara), tapi kenapa budaya itu masuk?" kata Haedar
Nashir dalam rilis di laman resmi Muhammadiyah seperti dikutip Minggu (7/3).
(news.detik.com, 09/03/2021).
Kukuhnya
Sekularisme, Menuju Pendidikan yang Moderat?
Konsep
dan paradigma kehidupan di Barat yang Liberal dan berasas sekuler cenderung
menganggap jika agama ikut campur dalam ranah publik akan menjadi penghalang
dalam meraih kemajuan. Sebagaimana bila kita mencermati sejarah lahirnya konsep
kehidupan sekularisme itu sendiri.
Itulah
mengapa, agama harus dipisahkan dari ranah publik. Agama hanya boleh hadir dan
mengatur ranah pribadi setiap orang. Tidak untuk urusan politk dan bernegara
termaksud di dalamnya pengaturan dalam lingkup pendidikan.
Maka
berjalan lah Barat hari ini dengan konsep dan paradigma yang demikian. Agama
dipisahkan dari kehidupan. Kamu boleh beragama, tapi, jangan terapkan agama itu
di ranah umum.
Dan
hari ini, di tengah massifnya kampanye moderasi beragama, Barat ingin agar
dunia Islam juga menerapkan hal yang sama. Momoderasi semua lini kehidupan
termaksud pendidikan. Harapannya, tentu
agar pendidikan di negeri muslim lebih moderat, terbuka kepada semua agama, dan
menganggap semua agama sama. Inilah yang diharapkan oleh Barat.
Mengingat, pendidikan merupakan lembaga paling urgent dan strategis dalam sebuah kehidupan bernegara karena ia adalah wadah pembentukan dan penggemblengan pribadi/karakter dari SDM di suatu negeri. Yangmana kelak mereka lah yang akan menggerakkan dan membawa ke mana biduk negara kan berlayar. Tentu semua akan sesuai dengan pemikiran dan pemahaman mereka.
Olehnya
itu, dengan menancapkan nilai-nilai moderat yang sekuler di sektor ini, akan
memudahkan tercapainya tujuan Barat di negeri-negeri muslim.
Sebagaimana
pula bila kita hendak belajar dari negeri-negeri yang dahulu menjadi pusat
peradaban Islam dan hari ini telah benar-benar sekuler dan moderat. Semua itu,
tak lepas dari keberhasilan mereka (Barat) mencekoki dunia pendidikannya dengan
paham-paham yang sehaluan dengan mereka.
Simpulan
Lantas, apakah ini baik bagi generasi muslim di negeri ini? Tentu tidak, kenapa? Kaum muslimin tidak akan pernah bisa survive dengan membawa pemikiran yang sekuler. Karena sejak lahirnya, Islam dibangun atas dasar keimanan kepada Allah SWT. Islam tak mengenal ide pemisahan agama dari kehidupan dan anggapan bahwa agama itu sama. Semua telah jelas digambarkan dalam Al-quran.
"Siapa
saja yang mencari agama selain Islam sekali-kali tidak akan diterima dan dia di
akhirat termaksud orang-orang yang rugi" (QS. Ali-Imran: 85).
Maka
bagaimana mungkin hari ini kita berani menyalahi ketentuan tersebut?
Begitupun
dengan dunia Pendidikan di negeri ini, sejatinya ia akan lebih bermartabat bila
penyangganya adalah agama.
Agama
adalah laksana pengingat bagi manusia sepanjang masa sejauh apapun mereka
melangkah. Agama mengingatkan mereka kepada sang Pencipta yang telah mengadakan
mereka.
Maka
sebesar apapun pencapain mereka dalam dunia pendidikan jangan sampai membuat
mereka lupa akan hakikat penciptaan dan tujuan kehadiran mereka di dunia.
Pendidikan akan membawa setiap orang untuk terus menupuk rasa keimanan kepada
penciptaNya. Lewat temuan-temuan spektakuler di dalamnya yangmana itu tak
pernah lepas dari campur tangan sang Pencipta, yakni Allah SWT. Maka bagaimana
mungkin proses pendidikan itu dijauhkan dari agama? Inilah letak sesat
sekularisme. Wallahu'alam
Post a Comment