Omicron Melonjak, Kemenag Sultra Terapkan WFH, Solusikah?
Oleh : Astina (Pegiat Opini Muslimah Kolaka)
Adanya
kasus positif COVID-19 ini mulai terdeteksi sejak 1 Februari yang lalu.
Tercatat sebanyak 6 kasus positif, di antaranya 4 warga Kota Kendari, 1 Bombana
dan 1 Konawe Selatan. Sepekan berlalu, jumlah ini terus meningkat. Berdasarkan
data dari Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 Provinsi Sulawesi Tenggara per 5
Februari, tercatat 36 kasus positif. Sehari setelahnya, jumlah ini bertambah
sebanyak 25 kasus baru, sehingga tercatat jumlah kasus positif di Sultra
sebanyak 61 kasus per 6 Februari 2022 (Telisik.id, 07/02/2022).
Pandemi
COVID-19 varian omicron, kasusnya kian melonjak di hampir seluruh wilayah di
Indonesia, termasuk di wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra). Terbaru ada sebanyak
8 pasien, diduga terpapar varian omicron di Kota Kendari. Sementara itu,
kasus positif baru yang terdeteksi di Sultra ini belum bisa dipastikan sebagai
virus varian baru Omicron. Pasalnya, fasilitas pemeriksaan di Kota Kendari
belum memadai untuk bisa mendeteksi varian Omicron. Melihat kondisi ini,
Kementrian Agama (Kemenag) Sultra, melalui Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil)
Zainal Mustamin menegaskan, akan memberlakukan Work From Home (WFH) bagi ASN di
usia 55 tahun ke atas. Hal ini sekaligus merespon Surat Edaran Sekjen Kemenag
RI Nomor 2 Tahun 2022 tentang Penyesuaian Sistem Kerja bagi Pegawai ASN
Kementerian Agama (Telisik.id, 07/02/2022).
Pandemi
yang belum berakhir setelah beberapa tahun belakangan ini membuktikan bahwa
sistem yang berlaku saat ini bukan sistem yang mampu menyelesaikan segala
permasalahan yang ada saat ini. Sistem sekuler atau sistem yang memisahkan
agama dari kehidupan adalah sistem yang berpatokan pada sistem untung rugi.
Pemerintah kian dilemma untuk menyelamatkan nyawa warganya dari pandemi atau
dari kelaparan.
Salah
satu solusi yang ditawarkan oleh Kemenag Sultra adalah WFH untuk ASN usia 55
tahun ke atas. Pembatasan untuk melakukan tatap muka terus menjadi solusi untuk
menurunkan kasus Covid-19, namun pembatasan tersebut tidak diterapkan dengan
baik. Masyarakat juga saat ini sudah tidak terlalu percaya dengan adanya
Covid-19, terlebih lagi bagi masyarakat yang sudah vaksin. Mereka telah merasa
kebal terhadap Covid-19, sehingga protocol kesehatan terkadang diabaikan.
Tenaga
kesehatan kini mendapat beban tambahan dalam melaksanakan pekerjaannya yaitu
membangun kembali kepercayaan masyarakat untuk tetap mematuhi protocol
kesehatan sebagai salah satu bentuk pencegahan Covid-19. Tidak sedikit tenaga
kesehatan yang ketika menjalankan tugasnya mendapat cacian dari pasien
konfirmasi dan kontak erat Covid-19.
Cara Islam Mengatasi Wabah
Islam
adalah agama yang sempurna. Islam tidak hanya mengatus masalah ibadah, masalah
Kehidupan sehari-hari juga diatur dalam Islam, termasuk bagaimana cara Islam
mengatur atau mengatasi wabah penyakit di suatu wilayah.
Berdasarkan
catatan sejarah, pernah ada wabah penyakit pada masa Rasulullah dan sahabat.
Meskipun bukan virus mematikan layaknya Covid-19, wabah pada masa itu juga
menular dengan cepat dan menyebabkan tidak sedikit orang terkena dampaknya. Pada
masa itu, salah satu wabah yang sering terjadi adalah kusta atau lepra.
Sebagai
tindakan pencegahan, Rasul memerintahkan untuk tidak berdekatan dengan
penderitanya maupun wilayah yang terkena wabah. Konsep karantina wilayah ini
seperti diungkapkannya dalam HR. Bukhari yang artinya: “Jika kamu mendengar
wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi
wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” Dalam
menghadapi wabah penyakit, Nabi Muhammad SAW memberikan konsep karantina untuk
menyelamatkan nyawa manusia dari ancaman kematian akibat wabah penyakit menular.
Selain
apa yang dalam Islam negara juga wajib menjamin kebutuhan rakyatnya selama
terjadi wabah. Penyedian fasilitas kesehatan dari negara adalah bentuk tanggung
jawab negara dalam mengurus rakyatnya. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh
Rasulullah SAW, Rasulullah pernah membangun tempat pengobatan untuk orang-orang
yang sakit dan membiayainya dengan harta dari baitul maal.
Sejarah
membuktikan bahwa sistem Islam mampu melewati berbagai pandemi di masa lampau
karena sistem ekonominya berbasis baitul mal mampu memberikan solusi ketika
karantina total diberlakukan. Dalam waktu singkat, pandemi pun bisa berakhir,
dan tidak sampai bertahun-tahun.
Walhasil,
dalam Islam kita di ajarkan agar berusaha menjaga diri kita dari berbagai
bentuk perbuatan yang dapat mencelakakan tubuh kita. Sebab itu, dengan berbagai
usaha dan ikhtiar kita lakukan untuk mencegah wabah tersebut menimpa diri kita
dengan menjaga kebersihan, memperbanyak doa, istighfar dan amalan ibadah
lainnya. Wallahu a’lam.
Post a Comment