Mengilmiahkan Kesyirikan, Bahaya bagi Keimanan
Oleh : Annisa Al Maghfirah
(Pegiat Opini)
"Hujan
berpohon, panas berasal." Agaknya peribahasa ini masih kurang familiar
untuk diketahui. Peribahasa ini bermakna, adanya suatu sebab di balik
terjadinya sebuah kejadian. Begitupun ada dan berhentinya hujan.
Berbicara
tentang hujan, sebagian orang masih mengingat aksi pawang hujan pada sirkuit
balap Mandalika. Berhentinya hujan disinyalir karena sang pawang yang memiliki
remote AC langit. Hal yang lucu dan di luar logika. Bagaimana kita
menyikapinya?
Menyoal
si Pawang Hujan
Melalui
postingan di akun resmi Instagram @kemdikbud.ri (23/03/2022), bahwa pawang
hujan menjadi topik pengenalan budaya yang telah menjadi tradisi di Indonesia.
Yang bekerja menggunakan gelombang otak Teta untuk 'berkomunikasi' dengan
semesta ketika sedang melaksanakan tugasnya.
Menanggapi
postingan Kemdikbud itu, Ustad kondang Felix Siauw prihatin terhadap masa depan
pendidikan Indonesia. Menurutnya, jika Kemdikbud menganggap hal klenik sebagai
bagian dari budaya yang perlu dilestarikan, percuma saja belajar meteorologi,
fisika, biologi, kimia. Jika komunikasi dengan hujan hanya sebatas gelombang
Teta (SuaraJawaTengah.id, 26/03/2022).
Tentang
Teta dan Hujan, Waspadai Sekulerisme
Gelombang Teta atau Theta sendiri merupakan gelombang pikiran bawah sadar yang memiliki kecepatan 4-8 Hz. Dalam kondisi ini, pikiran bisa menjadi sangat kreatif dan inspiratif. Seseorang akan menjadi khusyuk, rileks, pikiran hening dan intuisi pun muncul. Semua itu terjadi karena otak mengeluarkan hormon melatonin, catecholamine dan AVP atau Arginine Vaso Pressin. Pancaran frekuensi Teta biasanya menunjukkan seseorang sedang dalam kondisi mimpi.
Jika
seperti yang dikatakan Kemdikbud, si pawang hujan menggunakan gelombang otak
Teta untuk berkomunikasi dengan semesta, maka itu adalah diluar nalar dan kesalahan
untuk dunia pendidikan yang seharusnya melahirkan generasi pemikir. Sebab, mari
kita kembali ulas tentang proses hujan itu sendiri.
Awal
terjadinya hujan berasal dari penguapan air (evaporasi) yang terjadi di Bumi.
Hal ini terjadi akibat matahari yang memanaskan air di Bumi. Kemudian, uap air
itu berkumpul di udara dan mengalami pemadatan (kondensasi). Hasil dari
kondensasi ini disebut awan. Embusan angin akan menggerakkan awan. Akibatnya,
awan saling tindih dan terus naik ke atas menuju suhu yang lebih dingin.
Tumpukan
awan di langit yang semakin banyak dan ditambah dengan embusan angin yang
semakin kencang, membuat awan menjadi berat. Kemudian, awan tak mampu menopang
air atau es yang terkandung di dalamnya. Sehingga, turunlah butiran-butiran air
atau es ke permukaan Bumi (proses presipitasi). Makin lama makin deras butiran
air atau es itu. Hal tersebutlah yang disebut hujan. Jika suhunya sangat
rendah, maka yang turun adalah salju, sehingga disebut hujan salju.
Sebelum
penelitian modern berhasil mengungkap proses turunnya hujan, Al Quran yang
diturunkan sekitar ribuan tahun lalu telah menjelaskan proses tersebut. Allah
Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Tidakkah
engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian
mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat
hujan keluar dari celah-celahnya, dan Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran)
es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung,
maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran es) itu kepada siapa yang Dia kehendaki
dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya
hampir-hampir menghilangkan penglihatan." ( QS. An Nur ayat 43)
Deputi
Bidang Meteorologi BMKG Guswanto angkat suara menyikapi pawang hujan. Beliau
mengatakan hujan berhenti pada gelaran MotoGP Mandalika di Sirkuit Mandalika,
Lombok, Minggu (20/3) lalu, bukan karena pawang hujan tapi karena faktor durasi
hujan yang memang sudah selesai. Meskipun ada momen hujan berhenti saat pawang
hujan bekerja di dalam lintasan Sirkuit Mandalika, itu merupakan kebetulan.
Buktinya, dari awal pawang itu sudah bekerja, tapi tidak berhenti juga.
Postingan
Kemdikbud sangat disayangkan. Mengilmiahkan hal yang dliuar nalar
mengatasnamakan kearifan lokal untuk membenarkan keberadaan pawang hujan.
Ritual seperti yang dilakukan pawang hujan, dalam Islam termasuk sebuah
kesyirikan. Sebab yang mengetahui hal gaib hanyalah Allah. Sedang para
pawang,dukun, dan sejenisnya mendapat info dari jin yang menyampaikan banyak
hal dusta.
Ada
pula kaum muslim yang masih ikut membela dengan dalih si pawang adalah non
muslim. Padahal jika dilihat si pengundangnya dan yang hadir disitu adalah para
pejabat muslim. Dimana posisi mereka membiarkan bahkan memfasilitasi ritual
syirik itu terjadi. Dan saat ini si pawang bahkan telah terkenal dan beredar
kabar menjadi pawang hujan internasional. Inilah realita pejabat rezim sekuler,
agama hanya sebatas ritual ibadah atau tentang mendulang suara.
Semesta
Milik Allah
Menurut BMKG, hujan bisa diatur dengan teknik modifikasi hujan menggunakan teknologi modifikasi cuaca. Pada awan-awan konvektif yang mengandung uap air, diberikan inti kondensasi, inti yang berupa NaCL atau garam. Dengan adanya inti kondensasi itu mempercepat untuk pembentukan awan hujan. Hal itu berarti mempercepat terjadinya hujan.
Hanya
saja, hal itu hanya bisa dilakukan jika terdapat awan hujan. Teknologi modifikasi
itu hanya mempercepat hujan namun tidak bisa menahan hujan. Sebab, secanggih
apapun teknologi manusia, semesta ini milik-Nya. Allah saja yang mengetahui dan
mengatur segala sesuatu di alam semesta. Apa yang terjadi semua atas
kehendak-Nya. Simaklah firman Allah Ta'ala berikut:
"Dan
kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia.
Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun
yang gugur yang tidak diketahui-Nya...." (QS. Al-An'am 6: Ayat 59)
Alquran bukan
hanya sebagai mukjizat Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam, melainkan
sebagai panduan kehidupan bagi umat muslim. Tidak hanya dalam hal agama, tetapi
juga sains.
Dirangkum
dari YouTube Data Fakta, meskipun telah diturunkan ribuan tahun lalu, Alquran
ternyata menjelaskan banyak fenomena ilmiah. Hal itu, terbukti ketika sejumlah
teori ilmiah ditemukan, lantas dicocokkan dengan sejumlah ayat Alquran,
ternyata keduanya memiliki kesesuaian di mana tidak hanya satu atau dua
penemuan saja, namun banyak sekali. Tidak terkecuali proses hujan. Sebab Al
Quran adalah kalamullah.
Dalam
negara Islam hal-hal mistik akan dihilangkan mulai dari dukun, peramal, pawang,
tukang santet dan lain-lain yang memiliki ilmu hitam sebab bekerjasama dengan jin.
Pun mereka akan disanksi. Negara Islam juga akan mendidik generasi dengan
akidah sehingga tidak akan terjerumus pada kesyirikan. Yang merupakan dosa
besar. Dan hanya pada negara yang menerapkan Islam saja, praktik kesyirikan
hilang.
Semesta milik Allah, Dialah Yang Maha mengetahui begitupula aturan untuk manusia agar hidup sebagai khalifah fii ardh dengan baik. Sudah saatnya kita kembali kepada sistem pemerintahan Islam dimana kehidupan diatur dengan peraturan Islam. Tinggalkanlah sistem pemerintahan sekuler yang melahirkan pejabat, tokoh yang malah mendukung kesyirikan dengan mengilmiah-ilmiahkannya. Wallahu a'lam bishowwab (***)
Post a Comment