Fenomena CFW (Citayam Fashion Week), Potret Generasi Krisis Jati Diri
Zulhilda
Nurwulan (Relawan Opini Kendari)
CFW (Citayam Fashion Week), merupakan
fenomena baru di kalangan remaja yang tergerus budaya global. CFW (Citayam
Fashion Week), merupakan peristiwa menarik. Bagaimana tidak, bukan Paris
Fashion Week, Milan Fashion Week, Citayam tidak terletak di daerah
pusat kota melainkan jauh di pinggiran bahkan busana yang dipamerkan pun jauh
dari kata ‘branded’. Sehingga, hal ini menjadi daya tarik dan keunikan bagi orang-orang
yang menyaksikan pertunjukan ini.
Tidak hanya dari kalangan masyarakat biasa,
artis hingga petinggi negara pun turut latah dalam fenomena CFW ini. Sebagaimana
dikutip dari Tribunnews.com, Kamis (21/07/2022), terlihat Ridwan Kamil selaku
Gubernur Jawa Barat dan Anies Baswedan selaku Gubernur DKI turut serta dalam
pagelaran tersebut.
Dari fenomena Citayam, peristiwa menarik menjadi
perbincangan hangat yang bahkan memicu pro dan kontra netizen mulai dari gaya
busana, latar belakang keluarga hingga status pendidikan anak-anak yang
nongkrong di Citayam. Namun, dibalik hiruk-pikuk pagelaran CFW, sebuah video
membagikan momen yang menyedihkan. Melalui akun Tik tok @bumimamba, Selasa
(19/07/2022), terlihat segerombolan anak-anak yang akhirnya tidur di penyebrangan
Jalan Sudirman, Citayam yang disinyalir ketinggalan kereta pulang. Walhasil, anak-anak
tersebut tentu meninggalkan aktivitas sekolah saat itu.
Tidak Paham Jati Diri dan Kurang Kontrol Orang
Dewasa
Mayoritas remaja yang mengadakan kumpul-kumpul
di CFW berusia dalam rentang 13-17 tahun, kisaran usia SMP hingga SMA. Pada
usia ini, merupakan usia keemasan bagi remaja yang tengah mencari jejak jati
diri hendak kemana mereka menuju.
Sayangnya, anak-anak yang nangkring di kawasan
Sudirman tersebut bahkan banyak yang putus sekolah dengan berbagai alasan. Walhasil,
para remaja Citayem bahkan tidak mengerti apa tujuan hidup mereka. Sesuatu yang
pasti, anak-anak Citayam ini hanya ingin eksis, dilihat, dan dipuji.
Dibalik itu, ada fakta menggeliat ketika
beberapa remaja yang ditanya bahkan tidak memahami tentang solat pun bacaan
yang ada di dalamnya. Padahal, mayoritas dari mereka adalah muslim. Miris!
Namun, semua ini tidak serta merta kesalahan
para remaja melainkan kurangnya kepedulian orang dewasa yang ada di sekitar
mereka. Sepakat dengan yang dikatakan Aab Elkarimi, seorang media influencer
muslim yang mengatakan bahwa orang dewasa hari ini terlalu sibuk saling
menyalahkan dan mencari pembenaran hingga membuat para remaja takut untuk taat.
Sehingga, fenomena CFW mestinya menjadi alarm untuk bermuhasabah dan saling
suport untuk menciptakan generasi yang berkualitas.
Kental dengan Kehidupan Liberal dan Kapitalis
Dunia CFW (Citayam Fashion Week) ini sangat
sarat dengan gaya hidup liberal Daan kapitalis. Bagaimana tidak, salah seorang
figur CFW yang kini terkenal, sebut saja “Roy” Citayam bahkan menolak beasiswa
pendidikan yang ditawarkan salah seorang petinggi negara, Sandiaga Uno.
Alasannya sangat klise, lebih tertarik ngonten dan populer karena bisa
menghasilkan uang dan meringankan beban keluarga. Parahnya lagi, aksi mereka
bahkan didukung oleh orang-orang yang mencari keuntungan dari kenaifan
anak-anak CFW tersebut, terlihat dari banyaknya konten kreator, youtuber,
hingga selebriti yang notabene mencari panggung dan keuntungan materi dari
fenomena CFW ini.
Dari sini bisa disimpulkan, pemikiran generasi
muda saat ini hanya berfokus pada materi dan kebahagiaan duniawi. Seyogianya,
generasi muda hari ini terbentuk pemikirannya menjadi pribadi yang unggul dari
segi pendidikan maupun penghasilan yang baik. Sekadar menghasilkan uang dengan
cara instan tidak cukup menjadikan seseorang berhasil terlebih tidak memiliki
ilmu yang baik. Dengan ilmu, seseorang lebih mampu mengangkat derajat keluarga baik
di mata manusia maupun sang pencipta.
Bukan cuma masalah sekolah, masalah sosial
lainnya pun turut hadir di sana. Pergaulan bebas makin menjamur bahkan tidak
dimungkiri ada bibit LGBT bisa saja tercipta. Hal ini terlihat dari beberapa
figur pegiat dan pelaku LGBT yang turut hadir meramaikan pagelaran CFW
tersebut. Hal ini tentu berbahaya mengingat generasi hari ini lebih mudah
tersihir dengan gaya liberal dan mengelakkan norma-norma pergaulan yang sesuai
tuntunan agama. Olehnya itu, penting bagi orang tua, masyarakat serta
lingkungan menjaga anak-anak mereka dari fenomena CFW ini.
Butuh Solusi Sistemik!
Para remaja yang nangkring di kawasan Sudirman
ini adalah bentuk kesalahan sistem. Sistem kapitalis yang kini menguasai dunia termasuk
Indonesia, akhirnya menciptakan figur-figur yang materialistis dan liberalis. Para
remaja tersebut hanya ingin diakui keberadaannya meskipun aktivitas yang mereka
lakukan seyogianya hanya mendatangkan kerugian baik bagi dirinya maupun orang
lain.
Naluri ingin tampil, eksis, dipuji orang lain
adalah hal yang lumrah. Namun, ada hal yang harus diperhatikan ketika seorang
manusia bertindak agar tidak menyalahi aturan agama pun mendatangkan manfaat
baginya.
Sebagai umat Islam, perlu menghadirkan ‘ruh’
(kesadaran) terhadap Allah dalam setiap aktivitas yang dilakukan agar tidak
melanggar syariat. Hal ini tentu tidak hadir tanpa adanya campur tangan orang
lain, baik dari keluarga hingga pemerintah. Sehingga, pemerintah perlu
memperhatikan setiap tindakan warganya agar tidak terjerumus ke dalam dosa.
Ibnu umar ra. berkata: saya telah mendengar
Rasulullah SAW bersabda: “Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta
pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala negara akan diminta
pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya
perihal keluarga yang dipimpinnya, seorang istri yang memelihara rumah tangga
suaminya akan ditanya perihal tanggung jawab dan tugasnya.
Hadist diatas menjelaskan betapa besar tanggung
jawab seorang pemimpin atas perilaku warga negaranya. Sayangnya, kepemimpinan
seperti ini tidak mungkin ditemui dalam sistem kepemimpinan kapitalis yang
berfokus pada keuntungan materi. Kepemimpinan semacam ini hanya hadir pada
sistem Islam, sebuah sistem yang lahir langsung dari Allah dengan berbagai
aturan yang sudah tercantum dalam Al-Qur’an maupun Sunnah. Sebuah sistem yang
tidak hanya mengatur ranah ibadah melainkan hingga pada masalah politik.
Post a Comment