Refeksi Ibadah Kurban, Wujud Taat Secara Totalitas
Rima Septiani, S.Pd
Ibadah kurban dilaksanakan bertepatan
dengan hari raya Idul Adha. Hari sukacita kaum muslimin yang penuh dengan
kegembiraan. Idul Adha mengajarkan kita tentang semangat berkurban. Karena sejatinya
berkurban (tadhhiyah) merupakan
ibadah yang sangat mulia. Merupakan bentuk pendekatan diri kepada Allah SWT.
Berkaca pada momentum Idul Adha, sudah
seharusnya umat Islam menyempurnakan ketaatan serta siap untuk berkorban. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Maka
dirikanlah salat karena tuhamu dan berkurbanlah.”(TQS Al-Kautsar: 2 )
Dalam
surah tersebut terkandung pesan pembuktian seorang yang beriman. Ketika seseorang
menyatakan beriman dan taat kepada Allah SWT, dia akan diminta menunjukan
pengorbanannya Ini salah satu dari sekian keutamaan berkurban.
Pelaksanaan
kurban oleh kaum muslimin selalu dikaitkan dengan peristiwa agung pengorbanan Nabi
Ibrahim a.s. dalam menaati perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya,
Ismail a.s. Bagi Nabi Ibrahim a.s. Ismail adalah buah hati, harapan dan
cintanya yang telah sangat lama didambakan. Akan tetapi, di tengah rasa bahagia
itu, turunlah perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim a.s. untuk menyembelih
putra kesayangannya itu. Allah SWT
berfirman :
“Anakku, sungguh aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu. Karena itu pikirkanlah apa pendapatmu (TQS Ash-Shaffat
:102)
Menghadapi
perintah itu, Nabi Ibrahim a.s. mengedepankan kecintaan yang tinggi dan
ketaatan kepada Allah SWT. Ia menyingkirkan kecintaan kepada selain-Nya, yakni
kecintaan kepada anak, harta dan dunia. Perintah untuk taat itu amat berat,
namun disambut oleh putranya Ismail a.s. dengan penuh kesabaran dan ketaatan.
Ini sebagaimana dikisahkan dalam firman Allah SWT.
“Ayah, lakukanlah apa yang telah Allah
perintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapati aku termasuk
orang-orang yang sabar (TQS Ash-Shaffat :102)
Demikianlah
bukti ketaatan berpadu kesabaran yang dicontohkan oleh Nabiyullah Ibrahim a.s.
Kisah cinta yang amat romantis sekaligus dramatis. Nabi Ibrahim membuktikan
cinta dan ketaatan pada Allah, Zat yang lebih ia cintai dari apapaun. Ia
mengorbankan putra semata wayangnya tersebut, tanpa sedikitpun keraguan dalam
hatinya.
Dari
sini kita bisa melihat momen penting dari pelaksanaan ibadah kurban. Sebuah
kecintaaan, pengorbanan dan ketaatan yang sempurna. Nabi Ibrahim a.s.
mengorbankan segalanya termasuk nyawa sekalipun demi tegaknya agama Allah SWT
ini.
Sebagaimana
makna kurban yang artinya dekat, yakni dengan Allah SWT. Nabi Ibrahim a.s.
telah membuktikan ketaatannya dengan penuh ketulusan. Perintah Allah sekaligus
ujian bagi Nabi Ibrahim mengingatkan kita semua bahwa anak adalah titipan dari
Allah. Amanah yang Allah berikan kepada kita yang kapan pun diambil oleh-Nya.
Sangat
penting untuk kita cermati, sesungguhnya esensi sangat besar dan fundamental dalam
ibadah kurban bukan semata soal mengucurkan darah dan membagikan daging. Namun
soal ketakwaan kepada Allah. Saling menjaga ketaatan dan kepatuhan terhadap
Allah, itulah makna kurban sesungguhnya.
Hari
ini kita bisa menyaksikan bagaimana keadaan kaum muslimin. Kurangnya ketakwaan
menjadikan sebagian besar kaum muslimin hilang ketaatannya pada syariat Islam. Mereka
tak lagi mengenal identitasnya sebagai muslim sejati. Mereka lupa apa tujuan
hidupnya. Agama dinilai sebagai aturan ibadah ritual belaka. Menilai kehidupan dunia dengan asas materi
dan kegemilangan harta.
Bukan
hanya lingkup individu dan masyarakat. Faktanya, negeri-negeri kaum muslimin
saat ini sedang tertindas dan terpuruk. Kaum muslimin terus dirundung duka.
Masalah muncul silih berganti seakan datang tak mau pergi. Masalah ekonomi,
sosial, politik, pendidikan, kepemimpinana hingga kesehatan terus saja
terjadi.
Banyak
sekali aturan Islam yang tidak diterapkan. Umat Islam kehilangan perisai. Merasa tak aman dan kejahatan selalu
mengintai di mana-mana. Kepemimpinan Islam tercerai berai. Hampir sebagian
besar wilayah kaum muslimin diduduki oleh kaum kafir penjajah. Beginilah
kondisi tragis umat Islam saat ini.
Kisah
Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. tersebut telah menjadi teladan bagi kaum
Muslim saat ini. Teladan dalam pelaksanaan ibadah kurban. Juga teladan dalam
ketaatan, perjuangan dan pengorbanan demi mewujudkan ketaatan pada aturan Allah
SWT secara kaffah.
Wujud
ketaatan kepada Allah SWT itu adalah penerapan seluruh syariah Islam dalam
seluruh aspek kehiudpan. Mulai dari individu, keluarga, masyarakat hingga
Negara. Allah SWT berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah
kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti
langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu adalah musuh nyata kalian” (TQS Al-Baqarah
:208)
Individu,
masyarakat dan pemimpin serta kaum muslimin seluruhnya diminta untuk
menyempurnakan ketaatan serta siap berkorban untuk mendapatkan solusi. Maka
momentum kurban sejatinya menjadi refleksi bagi kita untuk kembali pada jalan
ketakwaan. Seharusnya juga menguatkan kesadaran seluruh komponen umat untuk
menyempurnakan ketaatan pada seluruh
aturan sang pengatur Allah SWT.
Menguatkan tekad untuk berkorban dengan seluruh daya upaya demi tegaknya
aturan Allah SWT dalam kehidupan.
Post a Comment