Bukti Kelalaian Negara, Warga Kendari Swadaya Atasi Banjir
Rasyidah
(Mahasiswa STAI YPIQ Baubau)
Kerap
kali masyarakat dibuat sengasara oleh pemerintah apalagi dalam menuntaskan
masalah banjir tak pernah direspon, sebagaimana yang dilansir oleh Telisik.Id
kamis (11/08/2022) berbagai upaya untuk mengatasi banjir telah dilakukan warga
Jalan Bunga Kana, Kelurahan Watu-Watu, Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari.
Warga akhirnya berinisiatif mengumpulkan uang secara swadaya untuk menyewa alat
berat, guna membuat drainase darurat. Drainase dibuat sebagai jalur air yang
selama ini tersumbat, hingga rumah warga sering tenggelam.
paya
itu ternyata membuahkan hasil. Setelah bertahun-tahun menjadi langganan banjir,
rumah warga tak lagi kebanjiran, walau seharian Kota Kendari diguyur hujan.
Ikbal, salah satu warga Jalan Bunga Kana yang rumahnya kerap tenggelam berkomentar
“Sudah tahunan kami menderita banjir, dan setiap hujan turun, rumah kami pasti
tenggelam. Bahkan orang tua dan istri saya terpaksa mengungsi ke gunung jika
banjirnya sangat parah”.
Tamrin
salah satu warga lainnya, menyatakan bahwa berbagai cara telah diupayakan, baik
melalui RT, RW maupun pemerintah kelurahan, agar Pemerintah Kota Kendari mau
membantu menurunkan alat berat untuk membuat drainase, meskipun darurat. Namun
Pak Wali Kota tidak pernah merespon penderitaan kami. Hingga kami terpaksa mengambil
inisiatif mengumpulkan uang dan menyewa alat berat sendiri. Setelah melalui
diskusi, warga akhirnya sepakat mengumpulkan uang sebanyak tiga juta rupiah
untuk menyewa alat berat selama dua jam. Warga akhirnya bersorak setelah alat
berat berhasil mengalirkan air yang selama ini merendam rumah warga, menuju ke
Teluk Kendari.
Banjir
bukan bencana yang asing lagi bagi manusia. Banjir adalah peristiwa bencana
alam yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan begitu
yang terlihat di Kota Kendari barat. Ketika hujan turun wilayahnya pasti
terendam banjir.
Para
masyarakat khususnya di Jalan Bunga Kana, mengharapkan bantuan dalam penanganan
banjir yang senantiasa meredam rumah warga ketika hujan turun. Namun, Alhasil
pemerintah tak pernah merespon kesengsaraaan warga di wilayah Kendari Barat
tersebut. Karena masyarakat lelah menunggu kepastian untuk perbaikan drainase,
berinisiatiflah meraka melakukan swadaya. Hal itu perlu diapreasiasi, kegiatan
swadaya yang telah dilakukan oleh warga Bunga Kana. Meskipun ditengah himpitan
ekonomi makin sulit, para warga masih mau untuk berswadaya dalam mengalirkan
air yang merendam rumah mereka.
Dilakukannya
Swadaya tersebut adalah bukti konkrit bahwa Negara sangat lalai terhadap
rakyatnya. Sebagaimana telah dipaparkan diatas bahwa pemerintah daerah, yakni
Wali Kota Kendari tak pernah merespon
kesengsaraan rakyatnya. Swadaya yang telah dilakukan masyarakyat Kota Kendari
Barat dalam mengatasi banjir menjadi bukti kelalaian Negara dalam perannya
memberikan pelayanan kepada rakyat, yang seharusnya negaralah yang mengambil
peranan dalam penanganan banjir tersebut.
Tergambar
jelas bahwa penguasa didalam sistem kapitalisme telah membuat orang-orang yang
berkedudukan lalai dari tanggung jawabnya. Dari hal tersebut, menggambarkan
bahwa kepemimpinan dalam sistem Kapitalisme ini yang dikejar adalah takhta dan
kedudukan saja. Inilah keadaan yang terjadi dalam penerapan sistem kapitalisme
seharusnya para warga mendapatkan ketenteraman, kesejahteraan, keadilan serta perlindungan
dari negara. Namun, yang dirasakan oleh masyakat adalah kesengasaran, kepedihan
dan malapetaka.
Penguasa
di sistem kapitalis tolak ukur mereka dalam
membuat suatu kebijakan mengedepankan untung rugi. Hal ini tampak dalam
penanganan masalah banjir, tidak dibangunnya drainase baru, tidak dilakukannya
perbaikan atas muka tanah seiring beban kota besar. Hal ini menunjukkan pada
kita bahwa penguasa hari ini abai terhadap keselamatan publik.
Jika
saja penguasa benar-benar serius menyelesaikan masalah banjir, tentu akan
membangun bendungan-bendungan untuk menampung curahan air hujan dan air sungai.
Memetakan daerah rawan banjir dan melarang penduduk membangun pemukiman di
dekat daerah tersebut. Melakukan pembangunan sungai buatan, kanal, saluran drainase
untuk mengurangi penumpukan volume air dan mengalirkan aliran air, membangun
sumur-sumur resapan di daerah tertentu.
Sungguh
malang kondisi masyarakat di negeri ini. Tak tampak keseriusan penguasa
mengakhiri derita rakyat akibat banjir. Inilah mengapa begitu penting
memperhatikan siapa pemimpin yang amanah agar dapat mengurusi rakyat dengan
baik. Bukan sekadar memilih pemimpin
yang amanah, tetapi juga memilih sistem absolut yang akan diterapkan oleh
pemimpin tersebut yang terpilih.
Jika pemimpinnya bukan orang yang bertakwa dan
amanah, lalu sistem negaranya bukan Islam, maka rakyat hanya akan terus
mendapatkan kebijakan yang tak manusiawi yang mengabaikan keselamatan mereka.
Keuntungan di atas segalanya, yang lain tidak menjadi perhitungan mereka.
Lebih
jeli lagi melihat semua masalah termasuk banjir ini tidak lain dan tidak bukan
adalah karena kapitalisme yang sudah menjangkit pemikiran di masyarakat maupun
pemerintah. Sistem kapitalisme yang merambat jauh ke seluruh sendi kehidupan
telah menciptakan budaya perilaku yang konsumtif.
Berharap
kepada sistem kapitalisme sekuler sungguh mustahil. Faktanya sistem kapitalisme
membiarkan para korporat negeri demi kepentingan materi pribadi saja. Negara
butuh suatu sistem yang kuat yang bisa mengatasi masalah banjir hingga ke
akarnya. Dan semua itu bisa didapatkan
hanya didalam sistem islam yang mampu
mengatasi masalah banjir hingga ke akar-akarnya.
Islam
adalah agama paripurna dan sempurna semua sisi kehidupan menjadi Solving
Problemnya. Dalam islam tidak memandang persoalan sebagai sektor yang terpisah,
karena basis pelayanan dalam mewujudkan kemaslahatan rakyat yang akan
diprioritaskan. Penanganan banjir menjadi tugas negara untuk memberikan
pelayanan fasilitas publik kepada rakyat, sehingga negara akan merasa
bertanggungjawab ketika mendapati ada sebagian fasilitas yang rusak akan segera
diganti dengan yang baru, jikalau fasilitas tersebut belum ada maka negara akan
segera menyediakanya seperti pembuatan drainase yang dikeluhkan warga Kota
Kendari Barat.
Ditambah
pula dengan konsep kepemimpinan yang berlandaskan aqidah Islam, bahwa seorang
pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Sebagaimana yang terdapat dalam hadis
berikut:
“Imam
(Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas
pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari).
Negara yang bertindak sebagai periayah atau pengurus rakyat. Negara ini tentu akan menempatkan keselamatan rakyat di atas kepentingan lain. Negara ini hanya ada pada sistem Islam, yang disebut Khilafah.
Penanganan
bencana yang disebabkan faktor alam atau ulah tangan manusia harus berlangsung
secara fundamental. Yaitu dengan tindakan preventif, kuratif, dan
rehabilitative. Inilah yang akan dilakukan Khilafah yang merupakan perisai dan
pelindung umat.
Kehidupan
rakyat bisa terjamin apabila pemimpinnya juga taat pada syariat Allah, dan
pemimpin yang benar-benar bertanggungjawab kepada masyarakatnya hanya ditemukan
dalam sistem islam. Dengan kejelasan arah pengelolaan sesuai bimbingan oleh
syariat dan adanya penguasa yang menyayangi rakyatnya, tentu tidak akan lalai
dan abai tentang masalah banjir yang begitu menyengsarakan. Sudah saatnya bagi
kita semua sadar bahwa hanya islam yang dapat dijadikan sebagai solusi dalam
segala masalah yang terjadi begitu halnya dengan masalah banjir. Wallahu a’alam
bissab.
Post a Comment