Dilema Diplomatik, Putin Tidak Hadir di KTT BRICS
Ilustrasi KTT BRICS
IndonesiaNeo.com --- Dikutip dari The Jakarta Post (20/07/2023), Presiden Rusia Vladimir Putin dipastikan tidak akan menghadiri KTT negara-negara BRICS di Afrika Selatan (Afsel) bulan depan.
Rencana kunjungan Putin ini telah menjadi masalah diplomatik yang pelik bagi Afrika Selatan. Pemimpin Rusia itu menjadi target surat perintah penangkapan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) -- sebuah ketentuan yang diharapkan akan diterapkan oleh Afsel sebagai anggota ICC jika dia menginjakkan kaki di negara itu.
Dengan kesepakatan bersama, Presiden Vladimir Putin dari Federasi Rusia tidak akan menghadiri KTT, tetapi Federasi Rusia akan diwakili oleh Menteri Luar Negeri (Sergei) Lavrov.
Menurut Duta Besar Afrika Selatan untuk Asia dan BRICS, Anil Sooklal, Putin memutuskan untuk tidak menghadiri KTT BRICS secara langsung karena dia tidak ingin membahayakan pembicaraan.
Afrika Selatan adalah ketua kelompok BRICS saat ini, yang juga mencakup Brasil, Rusia, India, dan China, yang disebut-sebut sebagai penyeimbang dominasi ekonomi Barat.
Putin secara resmi diundang ke KTT BRICS yang dijadwalkan berlangsung di Johannesburg, Afsel antara 22 dan 24 Agustus mendatang. Namun, pemerintah Afsel berada di bawah tekanan berat domestik dan internasional untuk tidak menjamunya.
Presiden Ramaphosa yakin bahwa KTT akan berhasil dan menyerukan kepada seluruh bangsa untuk memberikan keramahtamahan yang diperlukan kepada banyak delegasi yang akan datang dari berbagai belahan benua dan dunia.
Sebelumnya, partai oposisi terkemuka Afsel, Aliansi Demokratik (DA), mencoba untuk memaksa pemerintah dan memastikan Putin ditahan dan diserahkan ke ICC jika dia menginjakkan kaki di negara tersebut.
Sooklal mengatakan, meskipun Putin tidak akan hadir, BCRICS yakin bahwa pembicaraan tersebut akan berjalan sukses. "Pemimpin Rusia itu akan berpartisipasi penuh dalam semua diskusi," meskipun dari jarak jauh.
Putin sedang dicari atas tuduhan bahwa Rusia mendeportasi anak-anak Ukraina secara tidak sah setelah menginvasi negara tetangganya itu pada Februari 2022.
Afrika Selatan adalah penandatangan ICC dan diharapkan membantu penangkapan Vladimir Putin jika pemimpin Rusia itu datang ke pertemuan KTT BRICS.
Potensi kunjungan Putin telah menimbulkan dilema diplomatik dan hukum bagi Afrika Selatan menjelang pertemuan bulan depan.
Kantor Kepresidenan Afrika Selatan pada Rabu (19/7/2023) mengakhiri ketidakpastian, dengan mengumumkan bahwa Putin tidak akan hadir secara langsung dan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov akan menggantikannya.
Duta Besar Afrika Selatan untuk Asia dan BRICS, Anil Sooklal, pada Kamis (20/7/2023) mengatakan, di bawah keputusan yang diambil secara kolektif, Putin akan mengambil bagian dalam diskusi secara virtual. [IDN]
Post a Comment