Myocarditis dan Vaksinasi COVID: Penemuan Baru dari Ilmuwan Yale
IndonesiaNeo.com --- Dikutip dari scitechdaily.com (18/07/2023), disebutkan bahwa peneliti dari Yale baru-baru ini mengungkapkan wawasan baru tentang hubungan antara Myocarditis dan Vaksinasi COVID.
Dalam sebuah studi baru, ilmuwan Yale telah mengidentifikasi tanda-tanda kekebalan dari kasus-kasus langka myocarditis di antara mereka yang divaksinasi terhadap COVID-19 dengan vaksin mRNA.
Myocarditis adalah peradangan ringan pada jaringan jantung yang dapat menyebabkan jaringan parut tetapi biasanya teratasi dalam beberapa hari.
Peningkatan insiden myocarditis selama vaksinasi terutama terlihat pada laki-laki remaja atau awal 20-an, yang telah divaksinasi dengan vaksin mRNA, yang dirancang untuk memicu respons kekebalan khusus terhadap virus SARS-CoV-2.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), di antara laki-laki berusia 12 hingga 17 tahun, sekitar 22 hingga 36 per 100.000 mengalami myocarditis dalam waktu 21 hari setelah menerima dosis vaksin kedua.
Insiden myocarditis adalah 50,1 hingga 64,9 kasus per 100.000 setelah infeksi dengan virus COVID-19 di antara laki-laki dalam kelompok usia ini.
Untuk studi baru ini, tim peneliti Yale melakukan analisis rinci tentang respons sistem kekebalan dalam kasus-kasus langka myocarditis di antara individu yang divaksinasi.
Tim dipimpin oleh Carrie Lucas, profesor asosiasi imunobiologi, Akiko Iwasaki, Profesor Sterling Imunobiologi, dan Inci Yildirim, profesor asosiasi pediatri dan epidemiologi.
Mereka menemukan bahwa peradangan jantung tidak disebabkan oleh antibodi yang dibuat oleh vaksin, tetapi lebih disebabkan oleh respons yang lebih umum yang melibatkan sel-sel kekebalan dan peradangan.
“Sistem kekebalan individu-individu ini sedikit terlalu bersemangat dan memproduksi terlalu banyak respons sitokin dan seluler,” kata Lucas.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa meningkatkan waktu antara suntikan vaksin dari empat hingga delapan minggu dapat mengurangi risiko mengembangkan myocarditis.
Lucas mencatat bahwa, menurut temuan CDC, risiko bentuk myocarditis yang parah lebih besar pada individu yang terkena virus COVID-19 daripada pada mereka yang menerima vaksin.
Dia menekankan bahwa vaksinasi menawarkan perlindungan terbaik dari penyakit terkait COVID-19.
“Saya berharap pengetahuan baru ini akan memungkinkan pengoptimalan lebih lanjut dari vaksin mRNA, yang selain menawarkan manfaat kesehatan yang jelas selama pandemi, juga memiliki potensi besar untuk menyelamatkan nyawa di berbagai aplikasi masa depan,” kata Anis Barmada, seorang mahasiswa M.D./Ph.D. di Yale School of Medicine, yang merupakan salah satu penulis utama makalah tersebut bersama Jon Klein, juga mahasiswa M.D./Ph.D. Yale. [IDN]
Post a Comment