Terungkap Ketidakpuasan di Lingkungan Berpenghasilan Rendah di Prancis Melalui Gelombang Protes Terkini
Prancis saat ini sedang mengalami kekacauan dan kerusuhan. Salah satu penyebabnya adalah kematian seorang remaja keturunan Aljazair berusia 17 tahun yang ditembak oleh polisi di Nanterre, pinggiran kota Paris pada tanggal 27 Juni. Peristiwa ini memicu gelombang protes dan kerusuhan di seluruh negeri.
Menurut laporan, para perusuh menabrakkan mobil yang terbakar ke rumah seorang walikota sebuah kota di luar Paris, melukai istri dan anaknya dalam apa yang dia sebut sebagai 'upaya pembunuhan'. Polisi juga melakukan 719 penangkapan secara nasional setelah pengerahan keamanan massal.
Kekacauan yang menyebar cepat menimbulkan tantangan baru bagi kepemimpinan Presiden Emmanuel Macron dan mengungkap ketidakpuasan mendalam di lingkungan berpenghasilan rendah atas diskriminasi dan kurangnya kesempatan.
Menteri dalam negeri Prancis Gérald Darmanin mengatakan kerusuhan mulai mereda pada malam keempat, dengan 471 orang yang ditangkap, dibandingkan 917 orang pada malam sebelumnya. Banyak perusuh yang ditangkap adalah anak muda.
Namun demikian, berbagai media melaporkan kekacauan di beberapa kota di seluruh Prancis, dengan banyak bangunan dan kendaraan dibakar dan toko-toko dijarah. Terutama di Marseille, tempat 87 orang telah ditangkap.
Darmanin mengulang seruan pemerintah agar orang tua mencegah anak-anak mereka terlibat dalam kerusuhan. Sebelumnya, PM Prancis Emmanuel Macron menuduh para perusuh mengeksploitasi kematian remaja berusia 17 tahun itu di tangan polisi.
Situasi ini tentu sangat memprihatinkan dan memerlukan penanganan yang bijaksana dari pemerintah Prancis untuk meredakan ketegangan dan mengembalikan stabilitas di negara tersebut.
Post a Comment