Penanggulangan Psikologi Remaja dalam Ajaran Islam
Oleh: Feby Arfanti *)
Psikologi remaja mengacu pada kebutuhan kesehatan mental remaja antara 10-19 tahun. Remaja adalah kelompok yang berbeda, bukan lagi anak-anak tetapi juga belum dewasa, sehingga pada rentang masa ini kebutuhan mereka terbilang cukup unik.
Psikologi remaja berarti mempertimbangkan kebutuhan spesifik seseorang yang otaknya telah berkembang melewati tahap masa kanak-kanak tetapi belum sepenuhnya matang hingga dewasa.
Masa remaja adalah masa-masa rentan pencarian jati diri.Oleh karena itu, kerap kali kondisi tersebut mengakibatkan permasalahan seperti stres sosial, isolasi, atau penyalahgunaan zat. Sumber stres umum lainnya meliputi trauma, kekerasan emosional, kekerasan seksual, penindasan fisik, dan hal-hal lain yang memicu trauma.
Faktor Risiko Permasalahan Psikologi Remaja
Beberapa remaja memiliki risiko lebih tinggi daripada yang lain untuk mengembangkan masalah psikologis. Beberapa faktor risiko tersebut adalah:
1. Genetika
Riwayat keluarga dengan penyakit mental dapat meningkatkan risiko anak untuk mengembangkannya juga.
2. Stres
Kondisi stres kronis dapat menyebabkan kecemasan dan depresi dan merupakan faktor risiko utama penggunaan obat-obatan terlarang. Stres ini bisa terjadi karena perundungan, terlalu banyak tugas di sekolah, atau karena pertengkaran orang tua di rumah.
3. Trauma
Trauma seperti pelecehan fisik, emosional atau seksual, penelantaran, menyaksikan atau menjadi korban kekerasan. Bencana alam juga dapat menyebabkan gangguan stres pasca-trauma, yang bisa kamu tandai dengan mimpi buruk, insomnia, kecemasan, kemarahan, kilas balik, dan respon yang mengejutkan kan.
4. Masalah Identitas
Remaja yang mempertanyakan identitas gender orientasi seksual mereka mungkin beresiko lebih tinggi mengalami kecemasan dan depresi. Terutama jika Mereke tidak memiliki dukungan sosial ataupun keluarga terdekat.
Penanggulangannya Melalui Pendekatan Ajaran Islam
Islam memberikan perhatian penting kepada remaja. Sampai Allah ta’ala mengingatkan manusia untuk bersyukur di saat seorang telah mencapai fase remaja, karena di fase itu manusia berada dipuncak kekuatan jasmani dan rohaninya.
Dari Ibnu Mas’ūd radhiyallāhu ‘anhu bahwa Rasūlullāh shallāllāhu ‘alaihi wasallam bersabda,
لا تزول قدما ابن أدم يوم القيامة من عند ربه حتى يسأل عن خمس: عن عمره فيما أفناه ؟ وعن شبابه فيما أبلاه ؟ وماله من أين اكتسبه؟ وفيما أنفقه؟ وماذا عمل فيما عمل
“Tidaklah beranjak pijakan kaki anak Adam pada hari kiamat dari sisi Rabb-nya sampai ia ditanya tentang lima hal:
– tentang usianya, untuk apa dihabiskan,
– tentang usia remajanya, untuk apa ia gunakan,
– tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan untuk apa ia belanjakan,
– serta tentang apa yang ia amalkan dengan ilmunya.” (HR. Tirmidzi, dinilai sahih oleh Syekh Albani dalam Silsilah Ahadits As-Shahihah)
Mengatasi psikologi remaja adalah perhatian penting. Karena pemuda dan pemudi adalah aset berharga yang perlu diberikan bimbingan dan pendidikan yang baik. Dalam Islam, ada pedoman dan nilai-nilai yang dapat membantu dalam mengatasi psikologi remaja. Berikut adalah beberapa prinsip dan langkah-langkah yang bisa diterapkan:
1. Mendekatkan para remaja kepada ilmu agama
Penguasaan ilmu agama yang kuat adalah kunci dalam membentuk karakter dan moral remaja. Memahami nilai-nilai Islam, ajaran etika, dan akhlak yang baik adalah langkah awal untuk mengatasi kenakalan remaja. Ini juga mencakup pemahaman tentang konsep taubat, sebesar apapun kesalahan, Allah maha pengampun, jadi me dan motivasi untuk memperbaiki diri.
2. Komunikasi terbuka
Orang tua dan pemuda perlu menjalin komunikasi terbuka satu sama lain. Seperti dalam ajaran Islam ada tiga tahap yang di ajarkan pada anak, seperti terangkai dalam ungkapan berikut :
لاعب ولدك سبعا، وأدبه سبعا، وصاحبه سبعا
Dalam mendidik anak ajaklah anakmu bermain selama tujuh tahun (pertama), tegakkan adab kedisiplinan pada tujuh tahun berikutnya dan jadikan dirimu sebagaisahabat baginya pada tujuh tahun berikutnya.
Tahapan mendidik anak terbagi pada 3 hal berikut :
a. Usia 0-7 dengan metode bermain.
b. Usia 8-14 dengan metode ta’dib (pendisiplinan).
c. Usia 15-21 dengan metode menjadi sahabat bagi anak.
Pada tahap remaja yaitu direntang usia 5-21 tahun orang tua harus mampu menjadikan anak sebagai sahabat, hargai pendapatnya, jangan terlalu dominan mengatur dan memaksa dalam memilih sekolah, pakaian, pasangan (untuk dinikahinya), berikan wawasan agar tepat dalam memilih, bermain cantik lewat teman dan gurunya. Dengan pola komunikasi yang seperti ini insyaallah kenakalan remaja dapat diatasi dengan.
3. Berikan teladan dan doa
Tindakan dan kebiasaan sehari-hari di dalam keluarga yang mencerminkan nilai-nilai Islam akan memberikan dampak besar pada remaja. Selain itu, doa yang tulus untuk remaja adalah alat yang sangat kuat untuk mengatasi kenakalan. Di masa Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- masih hidup, seorang pemuda menemui beliau untuk meminta izin berzina.Kemudian Nabi mengajaknya berdiskusi dari hati ke hati, hingga bisa menyentuh kesadaran dan perasaan terdalam si pemuda itu. Kisah ini pula bisa menjadi dalil point kedua di atas, bahwa cara mendidik anak muda adalah kita berusaha menjadi sahabat yang dekat dengan mereka. Hingga mereka merasa nyaman saat menceritakan masalahnya kepada Anda. Dan Anda bisa memberikan sentuhan nasehat yang lembut kepada mereka. Seperti yang dilakukan oleh Rasululullah -shallallahu’alaihi wa sallam-.
Hingga pada akhirnya Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- meletakkan tangan sucinya pada dada pemuda itu seraya mendoakan,
ALLAHUMMAGHFIR DZANBAHU, WATOHHIR QOLBAHU, WA HASSIN FARJAHU
Artinya: Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya dan jagalah kemaluannya.” (HR. Ahmad no. 22211, dinilai shahih oleh Al Albani).
4. Mengawasi dan Membatasi
Mengatur batasan dan memberikan pengawasan kepada remaja secara seimbang adalah hal yang penting. Ini mencakup mengendalikan waktu luang, teman, dan aktivitas online remaja. Namun catatan yang harus diperhatikan oleh para orangtua, pengawasan harus dilakukan dengan kasih sayang, kental dengan nilai persahabatan dan pemahaman, bukan dengan otoritarianisme yang berlebihan. Karena mereka bukan anak kecil lagi.
5. Menanamkan Pendidikan Karakter
Memperkuat pendidikan karakter dalam keluarga dan sekolah adalah langkah penting dalam mengatasi kenakalan remaja. Pendidikan karakter melibatkan pembentukan nilai-nilai seperti jujur, bertanggung jawab, disiplin, dan kasih sayang. Nilai-nilai tersebut bisa diupayakan dengan menempatkan remaja pada lingkungan yang baik, seperti memperkenalkan mereka dengan komunitas pengajian, melibatkan mereka dalam tanggung jawab sebuah projek kebajikan, menedekatkan mereka dengan ilmu dan ahli ilmu dan memberikan teladan yang baik.
6. Menanamkan bahaya-bahaya perusak masa depan
Remaja perlu diberikan pemahaman tentang bahaya-bahaya duniawi yang dapat menggoda mereka, seperti narkoba, pergaulan bebas, dan perilaku menyimpang. Mereka harus dipahamkan betul tentang konsekuensi negatif dari perilaku-perilaku tersebut.
7. Membuat mereka sibuk dengan aktivitas positif
Memberikan peluang untuk remaja terlibat dalam aktivitas positif seperti kegiatan sosial, dakwah, pendidikan, dan amal dapat membantu mengalihkan energi mereka ke hal-hal yang bermanfaat. Jika tidak disalurkan pada kegiatan yang positif, maka setan akan mengambil peran mengarahkan kekuatan-kekuatan itu pada hal-hal yang negatif. Sebagaimana nasehat yang disampaikan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah,
وَنَفْسُكَ إِنْ أَشْغَلَتْهَا بِالحَقِّ وَإِلاَّ اشْتَغَلَتْكَ بِالبَاطِلِ
“Dirimu, bila tidak disibukkan dengan kegiatan yang baik, pasti akan disibukkan dengan kegiatan yang tidak baik.” (Al-Jawab Al-Kaafi, hal 156)
8. Motivasi bertaubat
Mendorong remaja untuk bertaubat ketika mereka melakukan kesalahan adalah hal penting. Agar mereka tetap berjuang untuk berubah lebih baik, meskipun dengan gempuran kekurangan, kesalahan sebagai manusia yang normal. Karena tak ada manusia yang bersih dari salah, meskipun ia telah berkali-kali bertaubat dan bertekad menjadi insan yang baik. Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- bersabda,
كل بني آدم خطاء وخير الخطائين التوابون
“Seluruh manusia banyak melakukan kesalahan/dosa. Sebaik-baik manusia yang banyak kesalahannya (dosanya) adalah yang banyak bertaubat.” (Hasan, lihat shahih at-Targhib wa at-Tarhib 3139)
Mengatasi psikologi remaja adalah tugas yang kompleks dan memerlukan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, masyarakat, dan masyarakat Islam secara keseluruhan. Dengan bimbingan yang kuat, pendidikan agama, dan lingkungan yang mendukung, remaja dapat tumbuh menjadi individu yang berakhlak baik dan bermanfaat bagi masyarakat dan agama mereka.
Demikian, semoga bisa menjadi pedoman dalam mengatasi psikologi remaja di negeri ini.[]
*) Mahasiswa STAI Baubau
Post a Comment