Header Ads


Pidato Keumatan: Atas Syahidnya Presiden Mujahid Ismail Haniyyah


IndonesiaNeo - Dalam pidato yang disampaikan oleh Ustadz Budi Ashari mengenai wafatnya Ismail Haniyyah sebagaimana ditayangkan oleh Chanel Youtube 'Taufan Melumat Mereka' (03/08/2024), terdapat banyak pelajaran yang bisa kita ambil. Pidato ini bukan hanya sekadar mengenang sosok yang telah tiada, namun juga menyampaikan pesan-pesan penting tentang kepemimpinan, keteguhan iman, dan perjuangan.

Pada awal pidato, Ustadz Budi Ashari menyampaikan rasa kehilangan yang mendalam atas wafatnya Ismail Haniyyah. Beliau adalah seorang pemimpin besar yang telah memimpin dengan ketulusan dan penuh dedikasi. Ismail Haniyyah dikenal sebagai pemimpin yang selalu berada di garis depan untuk membela kehormatan umat Islam, terutama dalam menjaga kiblat pertama Muslimin dari tangan-tangan Zionis.

Ismail Haniyyah melalui kehidupannya dengan penuh pengabdian, dari mimbar dakwah hingga medan pertempuran. Ustadz Budi Ashari menekankan bahwa hidupnya diakhiri dengan cara yang sangat indah, yang merupakan harapan setiap Mujahid. Beliau menukil firman Allah dalam Al-Qur'an, "Di antara orang-orang beriman itu ada yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah." (QS. Al-Ahzab: 23). Ismail Haniyyah adalah salah satu dari mereka yang menepati janji ini, yang melalui hidupnya untuk dakwah dan jihad hingga akhir hayatnya.

Pidato ini juga menyoroti bagaimana keluarga Ismail Haniyyah, meskipun kehilangan banyak anggota keluarga dalam perjuangan, tetap teguh dalam iman mereka. Istri dan anak-anaknya tetap menunjukkan ketegaran yang luar biasa, bahkan mampu mengucapkan kalimat syukur di tengah kesedihan yang mendalam. Ustadz Budi Ashari mengajak kita untuk belajar dari keteguhan mereka dalam menghadapi ujian hidup.

Ustadz Budi Ashari juga mengingatkan bahwa perjuangan Ismail Haniyyah bukan hanya untuk keislaman, tetapi juga untuk kemanusiaan. Di tengah ketidakadilan dan penindasan yang dialami rakyat Palestina, Ismail Haniyyah berdiri sebagai pembela hak-hak manusia yang telah dihina dan diinjak-injak. Beliau adalah sosok yang berjuang untuk memuliakan manusia sebagaimana Allah telah memuliakan mereka.

Pidato ini juga mengambil inspirasi dari Perang Uhud, di mana meskipun terdengar berita wafatnya Rasulullah, para sahabat tetap melanjutkan perjuangan mereka. Ustadz Budi Ashari mengutip kisah sahabat Mulia Ibnu Dahdah dan Anas bin Nadr yang menunjukkan keteguhan mereka meskipun menghadapi kabar buruk. Mereka mengajarkan bahwa perjuangan bukan karena sosok tertentu, tetapi karena Allah yang Maha Hidup dan tidak pernah mati.

Pidato ini mengajarkan kita untuk tidak larut dalam kesedihan, tetapi terus melanjutkan perjuangan dengan semangat dan keteguhan iman. Kehilangan pemimpin besar seperti Ismail Haniyyah adalah ujian bagi umat, namun juga menjadi pengingat bahwa perjuangan ini harus terus dilanjutkan. Ustadz Budi Ashari menutup pidatonya dengan mengajak kita untuk mendoakan saudara-saudara kita di Palestina, dan mengingatkan bahwa kita juga harus introspeksi diri dalam menjalani kehidupan yang penuh makna dan pengabdian.[]



Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.