Header Ads


Refleksi Hari Guru Dunia: Perlu Revitalisasi Guru

Oleh: Nurdianti Jahidin*)


IndonesiaNeo, OPINI - Tanggal 5 Oktober diperingati sebagai Hari Guru Sedunia (World Teachers Day). Peringatan ini diperingati oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Peringatan ini bertujuan untuk memberikan apresiasi serta penghormatan kepada semua guru-guru di seluruh dunia karena telah berjuang dan mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan generasi.

Dilansir dari laman UNESCO, peringatan World Teachers Day tahun ini bertemakan "Valuing Teacher Voices: Towards a New Social Contract for Education". Tema ini diangkat untuk menekankan pentingnya peran guru dalam menentukan masa depan pendidikan. Selain itu, tema ini menekankan bahwa suara guru dan perspektifnya sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan serta kebijakan dalam dunia pendidikan.


Persoalan Guru

Peringatan Hari Guru, seharusnya menjadi momentum pemerintah dalam mengevaluasi jalannya sistem pendidikan di negara ini. Khususnya yang terkait dengan peran guru termasuk pemenuhan hak serta kewajiban guru. 

Sedemikian pentingnya peran guru. Namun ditengah kampanye hari guru, fakta pendidikan di indonesia malah menunjukkan keprihatinan. Guru yang merupakan pendidik generasi harus dihadapkan dengan berbagai persoalan. Mulai dari tugas guru yang tidak jelas antara pendidik dan administrator, gaji yang jauh dari kata mensejahterakan, kurikulum terus berganti yang menimbulkan kebingungan, sampai kepada persoalan kekerasan yang dilakukan oleh pihak guru. Dan masih banyak persoalan lainnya.

Menurut survey yang dilakukan oleh Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies(IDEAS) dan GREAT Edunesia Dompet Dhuafa menunjukkan 74% guru honorer atau kontrak memiliki penghasilan di bawah UMK atau di bawah 2 juta perbulan bahkan 20,5% diantaranya masih berpenghasilan di bawah 500 ribu. Sangat miris, guru yang berperan untuk mendidik generasi agar menjadi sukses malah gurunya yang terbelenggu dengan permasalahan ekonomi.

Selain itu, masalah yang juga harus menjadi perhatian adalah kekerasan di sekolah yang banyak melibatkan oknum-oknum guru. Pada Hari Anak Nasional (HAN), Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), merilis data kekerasan di satuan pendidikan sepanjang januari-juli 2024. Sekjen dan ketua Dewan Pakar FSGI, melaporkan bahwa kasus kekerasan yang terjadi paling tinggi adalah kekerasan fisik dan kedua kekerasan seksual oleh guru. Pelaku kekerasan terhadap anak di antaranya adalah kepala sekolah (13.33%), Guru (20%), teman sebaya (53.33%), dan peserta didik senior (13.33%).

Betapa mirisnya pendidikan hari ini, guru yang seharusnya mendidik generasi agar berahlak mulia dan berkepribadian Islam malah dengan tega melakukan kekerasan terhadap anak didiknya. Bahkan beberapa kasus sampai mengakibatkan anak meregang nyawa.


Akar Masalah

Banyaknya masalah terkait pendidikan terutama yang menyangkut peran guru, tidak lepas dari sistem rusak yang diterapkan oleh negara. Terutama sistem pendidikan yang berasaskan kapitalisme sekularisme.

Dalam sistem kapitalisme, peran guru tidak dihargai sepatutnya. Guru hanya dianggap sebagai faktor produksi. Kesejahteraan guru bukanlah suatu hal yang penting yang harus dipikirkan. Apalagi, sistem kapitalisme menerapkan paradigma bisnis dalam pendidikan. Selayaknya peradigma bisnis, maka keuntungan harus lebih besar dibandingkan pengeluarannya. Sehingga, keuntungan akan diambil dari para siswa sedangkan gaji guru adalah pengeluaran yang harus diminimalkan. Padahal peran guru sangat menentukan masa depan pendidikan.

Selain itu, sistem pendidikan sekularisme kapitalisme dengan kurikulum sekulernya menetapkan tujuan pendidikan hanya sekedar meraih kesuksesan dunia semata. Pendidikan hanya dijadikan wadah untuk mencetak pekerja. Sehingga, tidak mengherankan jika generasi yang lahir dari pendidikan sekuler minim akhlah dan adab, bahkan tidak menjadikan halal-haram sebagai standar perbuatan.

Sejatinya, oknum-oknum guru yang tega melakukan kekerasan fisik maupun kekerasan seksual kepada siswanya merupakan produk dari sistem sekuler kapitalis. Sistem rusak ini telah terbukti melahirkan oknum-oknum guru predator.

Inilah bukti rusaknya pendidikan yang berasaskan kapitalisme sekularisme. Guru tidak akan berdaya untuk memajukan dunia pendidikan selama masih mempertahankan sistem rusak ini. Sangat berbeda dengan pendidikan dalam Islam.


Butuh Solusi Islam

Guru merupakan pelaku utama dalam mencetak SDM unggul dan berkualitas. Sehingga, Islam menjadikan sektor pendidikan sebagai prioritas atau perhatian utama. Dalam Islam, negara khilafah sebagai penyelenggara utama pendidikan akan mengerahkan sumber daya yang ada untuk mendukung terselenggaranya pendidikan yang berkualitas. Termasuk memberikan apresiasi dan penghormatan yang besar kepada guru.

Negara khilafah juga akan menjamin kesejahteraan guru dengan memberikan gaji yang besar. Sehingga guru, akan lebih maksimal dalam memberikan pendidikan. Tetapi, perlu digaris bawahi bahwa guru yang lahir dalam sistem islam adalah guru yang ikhlas dalam mendidik generasi dan bukan semata karena materi. 

Selain itu, tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk kepribadian Islam dalam diri peserta didik maupun guru. Serta dasar kurikulum pendidikan Islam adalah akidah Islam. Sehingga, melahirkan generasi yang berkulitas serta guru-guru yang berahlak mulia, amanah, berkompeten dan profesional.

Negara khilafah juga sangat memahami peran sentral guru sebagai pembangun peradaban Islam. Melahirkan murid-murid berkualitas baik dari segi keilmuwan maupun keimanannya. Serta para cendekiawan dan ilmuan muslim yang akan mengabdikan diri untuk kemaslahatan umat. Sehingga, negara akan bertanggung jawab memberikan dukungan-dukungan berupa fasilitas-fasilitas seperti, perpustakaan, buku, media belajar, laboratorium, komputer, internet dan fasilitas pendukung lainnya. Serta, pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru.


Khatimah

Kesuksesan dalam segala aspek termasuk pendidikan hanya akan terwujud dalam Sistem Islam dan mustahil dalam sistem sekuler kapitalis. Perlu adanya revitalisasi untuk mengembalikan peran guru dalam dunia pendidikan saat ini, agar dapat mencetak generasi yang unggul dan berakhlak mulia. Serta melahirkan guru-guru yang profesional dan ikhlas dalam mendidik generasi. Wallahu a'lam bissawab. []


*) Aktivis Muslimah Koltim

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.