Header Ads


Jalan Panjang Kesejahteraan Sang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Oleh: Suaibah S.Pd.I.*)


IndonesiaNeo, OPINI - Tanggal 25 November ditetapkan oleh presiden Soeharto sebagai peringatan Hari Guru Nasional, ini dilakukan dalam rangka mengapresiasi guru dan tenaga pendidik. Namun, realitasnya nasib mereka masih jauh dari kata sejahtera.

Sebagaimana dilansir detik.com pada hari Senin, 18-11-2024, "Guru Hebat Indonesia Kuat" adalah tema yang diusung oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah atau Kemendikdasmen untuk peringatan hari guru nasional 2024. Tema ini diangkat sebagai bentuk dukungan serta apresiasi terhadap semangat belajar, berbagi, berkolaborasi dari guru-guru hebat dalam memberikan layanan pendidikan untuk anak bangsa. Serta menjadikan profesi guru semakin bermartabat, terhormat dan membanggakan.


Nasib guru dalam sistem kapitalisme

Kesejahteraan para guru masih jauh dari harapan. Nasib mereka yang masih belum ada kepastian, terkait gaji, dan juga maraknya kasus kriminalisasi guru. Ketika guru memberikan sanksi anak didiknya di dalam batas wajar, namun mereka justru dilaporkan atas dugaan melakukan kekerasan.

Sebagaimana yang dialami Guru SMAN 7 Rejang Lebong, Zaharman mengalami kebutaan setelah diketapel orangtua murid pada Selasa, 1 Agustus 2023 lalu. Kejadian ini bermula saat guru olahraga tersebut memergoki siswanya merokok di kantin sekolah. Zaharman kemudian menegur dan memberikan hukuman.

Ibu Maya, Guru di SMPN 1 Bantaeng. Beliau dijebloskan ke penjara hanya karena menertibkan seorang murid yang baku siram dengan temannya dengan sisa air pel, tapi mengenai dirinya.

Terakhir adalah kasus yang menimpa Ibu Supriyani, seorang guru honorer di kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Ia kini menjadi terdakwa atas tuduhan melakukan pemukulan terhadap siswanya meski saat ini divonis bebas oleh Majelis Hakim.

Dan masih banyak lagi kriminalisasi yang dialami oleh guru dan tenaga pendidik yang tidak semestinya mereka dapatkan. Namun,  inilah realitas yang terjadi saat ini. Lantas apakah perayaan Hari Guru hanya sekedar seremonial belaka, tanpa ada upaya untuk menyejahterakan kehidupan mereka.


Kapitalisme Sekuler Biang Masalah

Dunia pendidikan saat ini memang sedang tidak baik-baik saja. Berbagai problematika terjadi dalam lingkup pendidikan. Kasus Bunuh diri dikalangan remaja yang makin melambung tinggi, kasus Bully makin marak terjadi, pergaulan bebas, kekerasan seksual, porno aksi-pornografi. Di lain sisi, profesi guru tidak lagi mendapatkan posisi yang mulia, ini sungguh ironis. Fakta di atas cukup memberikan gambaran  bahwa banyak pelajar yang tak mampu mengendalikan emosi hingga tak segan menyakiti, melukai hingga tega menghabisi nyawa sang guru. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pendidikan sekuler kapitalisme telah gagal mencetak output yang cerdas nan berkwalitas. Kasus kriminalisasi yang dialami para gurupun berawal dari penerapan sistem sekuler kapitalis yg sesat dan menyesatkan hingga predikat "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" hanya sebatas jargon tanpa arti. Sistem kapitalisme telah mengaburkan semuanya, karena semua tunduk pada materi dan kuasa.

Profesi guru tak lagi dianggap perbuatan yang mulia karena mencerdaskan anak bangsa. Para orang tua merasa sudah membayar sekolah sehingga mereka menganggap guru adalah  “orang bayaran”. Sejatinya belum semua guru diupah dengan layak dan manusiawi. Dilain sisi, Serangkaian Undang-Undang terkait perlindungan anak cukup menghantui para guru, karena sedikit saja melakukan kesalahan atau kesalahpahaman, siap-siap diperkarakan hukum dan dipidanakan.


Guru dalam Pandangan Islam

Islam sebagai Dien yang sempurna, sudah tak diragukan lagi akan mampu membawa kebaikan dan menyelesaikan berbagai persoalan termasuk masalah yang menimpa dunia pendidikan.

Guru adalah posisi yang mulia dalam pandangan islam. Guru adalah pewaris para nabi, sebab ia bukan saja mengajarkan ilmu pengetahuan, tapi ia juga menanamkan sifat ammar ma’ruf nahi munkar, pada anak didiknya.

Dalam Islam, orang yang berilmu mendapat posisi yang tinggi di sisi Allah SWT. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman : "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis," maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Mujadilah 58: Ayat 11)

Guru menanamkan kebaikan kepada peserta didik yang bermanfaat bukan saja di dunia tapi akherat juga olehnya itu profesi guru dalam Islam membawa dua misi pada satu waktu secara bersamaan. Pertama, misi agama, di mana seorang pendidik atau guru akan menanamkan nilai-nilai Islam kepada peserta didik, hingga ia mampu menjalani kehidupan sesuai aturan yang Allah SWT gariskan. Kedua, misi ilmu pengetahuan, di mana pendidik atau guru mampu menjelaskan kapasitas keilmuannya sesuai dengan tuntutan zaman, hingga para peserta didik mampu menyelesaikan persoalan kehidupan yang dihadapinya.

Guru selalu menjadi profesi yang mulia dalam kepemimpinan Islam, sebagai contoh pada masa Khalifah Umar bin Khatthab memberikan gaji pada mereka masing-masing sebesar 15 dinar (1 dinar = 4,25 gram emas). Jika dikalkulasikan, itu artinya gaji guru sekitar Rp 30.000.000. Tentunya ini tidak memandang status guru tersebut PNS atau pun honorer.

Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi saat ini, sungguh profesi guru tak dihargai. Jangankan gaji yang layak, mendapatkan perlakuan yang pantaspun rasanya belum didapatkan oleh para guru. Gaji guru honorer yang tak lagi mencukupi kehidupan sehari-hari, lantas bagaimana sang guru akan fokus mendidik generasi jika gaji yang layakpun tak ia dapati?

Kesejahteraan guru  jauh panggang dari api, sungguh miris nasib guru dalam sistem kapitalis. Lantas, masih layakkah dipertahankan?

Wallahu a'lam bisshawab.


*) Pemerhati Masalah Umat

2 komentar:

  1. Negeri ini butuh sistem pendidikan yang menempatkan guru diposisi mulia...

    BalasHapus
  2. Nasib guru miris dalam sistem kapitalis. Guru sejahtera, hanya dalam naungan Daulah khilafah...

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.