Header Ads


Peran Politik Mahasiswa Harus Membawa Perubahan yang Hakiki

Oleh : Cahaya Dwi Bunga


IndonesiaNeo, OPINI - Kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% yg tengah diberlakukan oleh pemerintah saat ini telah menimbulkan polemik dikalangan masyarakat, tak terkecuali dari kalangan mahasiswa yang menimbulkan protes tak setuju atas kebijakan tersebut. 

Aliansi mahasiswa yang tergabung dalam BEM Seluruh Indonesia (SI) menggelar aksi unjuk rasa menolak kebijakan PPN 12% di samping Patung Arjuna Wijaya, Gambir. Mereka di antaranya berasal dari BEM Universitas Negeri Jakarta (UNJ), KBM STEI SEBI, HMI se-Jakarta dan Politeknik Negeri Media Kreatif. (Kompas, (27/12/2024).

Adanya penolakan dari kalangan mahasiswa terhadap kebijakan ini adalah wujud kepedulian mereka terhadap persoalan umat. Kepedulian ini memang seharusnya ada, karena  mahasiswa sebagai pemuda bangsa adalah salah satu kekuatan umat dalam mewujudkan perubahan. Hanya saja, mahasiswa juga harus bisa melihat akar dari permasalahan yang terus dihadapi masyarakat.

Penolakan atas kebijakan pemerintah tersebut tidak boleh dilihat hanya pada dampak yang ditimbulkannya saja, sehingga menganggap pembatalan kebijakan adalah solusi dan buah keberhasilan perjuangan. Padahal, seharusnya mahasiswa melihat secara mendalam sumber lahirnya kebijakan-kebijakan yang menyengsarakan tersebut.

Sumber dari kebijakan pemerintah itu tak lain dilandasi oleh paradigma sekuler kapitalis. Dimana, dalam sistem kapitalisme, berbagai macam pajak diberlakukan dan terus mengalami kenaikan. Ini adalah bagian dari prinsip ekonomi kapitalisme yang secara sadar diterapkan oleh penguasa negeri ini. Selain itu, dalam sistem kapitalisme pajak dari rakyat merupakan salah satu sumber pemasukan negara. Padahal, negeri ini memiliki kakayaan sumber daya alam yang melimpah dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan negara. Namun, pengelolaannya diserahkan pada pihak swasta dan asing. 

Kesejahteraan masyarakat tidak bisa diraih jika sistem kapitalisme masih diterapkan. Selain itu, kesejahteraan dalam sistem ini hanyalah ilusi. Sebab, sistem ini dirancang memang bukan untuk kemashlahatan umat. Melainkan, untuk kemaslahatan kaum kapitalis. Maka, kesadaran inilah yang harus dimiliki oleh mahasiswa dan pemuda, bahwa kerusakan yang terjadi selama ini berasal dari sistem yang diterapkan saat ini. 


Islam, Sistem Shahih Penyelamat Umat

Tidak hanya Kesadaran akan kerusakan sistem saat ini, namun harus ada kesadaran akan sistem sahih yang mempu menyelesaikan permasalahan umat, yakni sistem Islam kaffah melalui negara Khilafah yang aturannya langsung dari sang Pencipta Allah SWT. Dimana, Islam menempatkan penguasa (khalifah) sebagai raa'in atau pengurus. Khilafah tidak akan membiarkan kekayaan alam dikelola dan dinikmati oleh swasta dan asing. 

SDM akan dikelola oleh negara dan kemashlahatannya akan diberikan pada umat. Sehingga, pajak dalam Islam tidak dijadikan pendapat utama negara seperti sistem saat ini. Pajak hanya dipungut tatkala negara berada dalam keadaan darurat saja, itupun hanya pada orang-orang kaya.

Inilah kesejahteraan yang hakiki yang hanya akan di dapatkan pada sistem Islam. Maka, pemuda muslim yang memiliki potensi sebagai agen perubahan harus menyadari hal ini dan sama-sama belajar serta memperjuangkan jalan yang mengantarkan pada perubahan yang hakiki yaitu kehidupan yang diatur dengan islam kaffah. Wallahu 'alam

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.