Valentine's Day: Maksiat Berbungkus Kasih Sayang
Oleh: Cahaya Chems (Pegiat Literasi)
Tahun 2025 ini waktu terasa begitu cepat berlalu. Januari telah berakhir, kini Februari menyapa dengan nuansa yang berbeda. Banyak orang menyebut bulan ini sebagai bulan kasih sayang atau Valentine’s Day. Namun, benarkah demikian? Mari kita telaah lebih lanjut. Jika kita melihat kalender, tidak ada tanggal khusus yang menetapkan 14 Februari sebagai ‘Hari Kasih Sayang’ secara resmi.
Meskipun demikian, masih banyak orang yang ikut-ikutan merayakan Valentine’s Day, sebuah tradisi yang berasal dari budaya Barat. Dengan dalih ingin berbagi kasih dengan pasangan, mereka rela mengeluarkan biaya untuk membeli cokelat, bunga mawar, dan boneka sebagai simbol cinta. Ironisnya, dalam perayaan ini, tidak jarang terjadi penyimpangan moral, di mana banyak anak muda terjerumus dalam pergaulan bebas. Demi cinta, akal sehat sering kali dikesampingkan, dan yang paling dirugikan adalah kaum perempuan.
Hari Maksiat Sedunia
Valentine’s Day dirayakan di berbagai belahan dunia setiap tanggal 14 Februari dengan berbagai bentuk perayaan. Mulai dari bertukar kartu ucapan, memberikan cokelat berbentuk hati, hingga memberikan hadiah kepada pasangan. Namun, sedikit yang menyadari bahwa perayaan ini memiliki akar sejarah dari tradisi Romawi kuno, yaitu festival Lupercalia, yang didedikasikan untuk dewa kesuburan Junofebriata.
Di beberapa negara, Valentine’s Day bahkan dikaitkan dengan perilaku seksual bebas. Misalnya, di Amerika Serikat, pekan menjelang dan setelah 14 Februari diperingati sebagai ‘The National Condom Week’, sementara di Inggris ada peringatan ‘The National Impotent Days’. Thailand bahkan membagikan alat kontrasepsi secara gratis untuk mengatasi penyebaran penyakit menular seksual seperti sifilis dan HIV (Tribunnews, 10-02-2024).
Di Indonesia, meskipun perayaan Valentine’s Day masih menjadi kontroversi karena bertentangan dengan nilai agama dan budaya, tetap saja banyak yang merayakannya. Bahkan, perayaannya kerap dilakukan secara tertutup oleh berbagai kalangan, mulai dari pasangan suami-istri hingga para remaja, termasuk pelajar SMP dan SMA. Mirisnya, menjelang perayaan ini, di pusat-pusat perbelanjaan banyak ditemukan penjualan kondom yang dipajang secara terbuka di dekat kasir (Kompasiana, 13-02-2022). Data dari Mediakendari.com (13-02-2023) juga menunjukkan bahwa penjualan kondom meningkat setiap kali Valentine’s Day tiba.
Sebagai seorang Muslim, kita perlu menyadari bahwa perayaan ini tidak selaras dengan ajaran Islam. Berdasarkan survei tahun 2005 oleh salah satu surat kabar Indonesia, sebanyak 24 persen responden yang merayakan Valentine’s Day mengakui bahwa mereka menghabiskan waktu dengan jalan-jalan, makan malam, berciuman, dan akhirnya berhubungan seksual. Lebih lanjut, data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (2008) mencatat bahwa 62,72 persen remaja SMP telah melakukan hubungan seksual.
Stop Tasyabbuh!
Dunia Barat telah mengarahkan pemahaman bahwa cinta identik dengan nafsu. Ini yang terjadi dalam perayaan Valentine’s Day, di mana banyak umat Islam yang justru ikut-ikutan merayakannya tanpa menyadari bahwa ini bukan bagian dari tradisi Islam. Rasulullah SAW telah memperingatkan dalam hadisnya:
“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud)
Umat Islam harus menyadari bahwa Valentine’s Day bukan bagian dari ajaran Islam. Ini adalah perayaan yang menyesatkan, berbahaya, dan tidak memiliki manfaat. Rasulullah SAW tidak pernah mencontohkan perayaan semacam ini, sehingga sudah sepatutnya kita menjauhi kebiasaan ini agar tidak terjerumus dalam tasyabbuh (meniru kebiasaan kaum lain) yang bertentangan dengan akidah Islam.
Sebagai Muslim, kita harus lebih mengenal Islam secara mendalam agar tidak mudah terpengaruh oleh euforia perayaan yang tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. Salah satu caranya adalah dengan aktif menghadiri kajian keislaman dan menyibukkan diri dalam kegiatan yang bermanfaat, sehingga kita tidak terjebak dalam budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Kasih Sayang Sejati
Kasih sayang adalah fitrah manusia yang Allah anugerahkan sebagai bekal dalam kehidupan. Islam mengajarkan bahwa cinta dan kasih sayang tidak terbatas pada satu hari tertentu, tetapi harus diwujudkan setiap saat kepada orang tua, pasangan halal, saudara, sahabat, dan orang-orang terdekat. Membatasi kasih sayang hanya pada momen tertentu seperti Valentine’s Day adalah pemahaman yang keliru dan merupakan bentuk meniru budaya Barat.
Sesungguhnya, orang yang paling berhak mendapatkan kasih sayang kita adalah kedua orang tua. Ibu yang telah melahirkan dan merawat kita, serta ayah yang telah bekerja keras demi kehidupan kita, lebih pantas menerima cinta dan penghormatan kita. Ekspresikan kasih sayang kepada mereka melalui sikap yang baik, membantu meringankan beban mereka, serta memberikan hadiah kecil yang bermakna. Selain itu, tunjukkan rasa sayang dengan terus meningkatkan ketakwaan, belajar dengan giat, dan mendoakan kebaikan bagi mereka.
Dengan demikian, kasih sayang sejati tidak terbatas oleh waktu dan tidak perlu menunggu momen khusus seperti Valentine’s Day. Setiap hari adalah waktu yang tepat untuk menunjukkan kasih sayang kepada orang-orang yang benar-benar berhak menerimanya. Wallahu a’lam.
Post a Comment